Daurah Marhalah 1 2011

Jumat, 07 Oktober 2011
Generasi-generasi yang emas tidak hanya ada begitu saja dan tidak hanya dilahirkan tapi membutuhkan proses. Kondisi bangsa Indonesia sekarang masih sangat perlu banyak perubahan dan perbaikan agar seluruh rakyat bisa merasakan dan menikmati kekayaan potensi bangsa yang kita miliki. Maka perlu adanya generasi perubahan yang mampu menjadikan bangsa ini bisa kokoh dan maju sehingga tidak ada lagi akan rakyat yang kelaparan, kemiskinan, maupun tingkat korupsi yang tinggi. Ini semua berawal dari pemuda yang ditanamkan mental positif pada dirinya maka perjuangan para pejuangan bangsa akan terus membara.

Kammi Komisariat Soedirman untuk mencetak generasi telah mengadakan Daurah Marhalah (DM) 1 yang berlokasi di Balai Benih Ikan, Tambaksogra, Banyumas. Acara ini diadakan pada tanggal 30 September - 2 Oktober 2011. Jumlah peserta yang mengikuti DM 1 ini berjumlah 63 orang dengan jumlah ikhwan 18 orang dan akhwat 45 orang dari fakultas yang berada di Unsoed seperti Faperta, Fapet, Fabio, FKIK, Fakultas Sains Teknik, dan JPK. Tidak hanya berasal dari Komsoed saja tapi ada yang dari Khatoza dan UMP menjadi anggota peserta DM 1. 

Gambar 1. Peserta Daurah Marhalah 1

Gambar 2. Ketika sedang materi berlangsung

Rangkaian acara yang dilaksanakan pada DM 1 berupa materi-materi dasar wajib seperti, Syahadatain, Syumuliatul Islam, Problematika Umat dan Peran Pemuda Islam. Lalu ada beberapa materi yang disampaikan kepada peserta sebagai perkenalan KAMMI seperti, Ke-KAMMI-an dan Manajemen Advokasi. Tidak hanya ini saja yang menjadi rangkain DM 1, ada kegiatan Muhasabah, Riyadoh, diskusi FGD dan simulasi manajemen advokasi. Diakhir acara ditutup dengan uji komitmen dan pengesahan anggota yang dipimpin oleh ketua umum Komsoed.

Gambar 3. Indahnya ukhuwah saat makan

Gambar 4. Simulasi manajemen advokasi

Kader-kader yang berkualitas dan bukan kuantitas yang dibutuhkan supaya bangsa ini bangkit dari keterpurukannya. Akan lahir pemimpin-pimpin bangsa yang mampu mewujudkan cita-cita bangsa dari sesosok pemuda. Presiden RI pertama (Soekarno) mengatakan, "Berilah aku 10 pemuda, dan akan ku kuasai dunia!". Begitulah besar peran pemuda yang mampu mengubah dan melahirkan adanya kemajuan bangsa. Hayo pemuda bangkitlah dan terus berkarya!

Salam Muslim Negarawan!

Oleh : Saddam Husein Saputra
Kedokteran  Unsoed
Humas Komsoed :)
Read More..

TARBIYAH , pelita DAKWAH (dibuat dalam rangka memenuhi tugas membuat artikel)

Rabu, 05 Januari 2011
TARBIYAH, pelita DAKWAH

Tarbiyah. Aku tak mengerti apa itu tarbiyah. Karena aku bukan lah orang yang tertarbiyah. Tapi Bukan itu. Dulu kakak kelasku pernah bilang, bahwa tarbiyah adalah pendidikan. Ketika aku mengatakan bahwa diriku belum atau bukan orang yang tertarbiyah, berarti aku mengatakan bahwa aku bukan orang berpendidikan, iya kan? Tidak! Aku orang yang terdidik. Kedua orangtuaku telah mendidikku sejak aku keluar dari rahim Ibuku.. Aku orang yang terdidik. Tigabelas tahun sudah aku mengenyam bangku pendidikan formal. Mungkin bahasa kerennya bangku tarbiyah formal. Tiga belas tahun aku mengenyam tarbiyah yang bersifat fardhu kifayah secara formal. Oh, mengapa baru tersadar akhir-akhir ini. Seringkali aku mengutamakan tarbiyah yang bersifat fardhu kifayah ketimbang tarbiyah yang bersifat fardhu ‘ain. Astaghfirullaaah.. Apalagi aku, yang notabene seorang aktivis dakwah *(sejujurnya untuk saat ini aku sangat tidak mau disebut sebagai seorang aktivis dakwah. Karena aku bukan siapa-siapa. Aku bukan orang yang memiliki ilmu yang cukup untuk bisa berdakwah. Meski dakwah (amal) itu berjalan beriringan dengan tholabul ‘ilmi (ilmu). Tapi, tetap saja, aku tak sanggup jika harus dikatakan sebagai seorang aktivis dakwah. Begitu berat. Ketika masa hidup, seorang Syaikhut Tarbiyah, KH.Rahmat Abdullah pernah berkata, “…Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tidak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih bahwa engkau adalah seorang yang shaleh, alim, abid, lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.” Sangat dalem, menusuk kalbu.)
Tak sanggup aku berkata panjang lebar tentang tarbiyah. Karena memang aku adalah orang baru di dunia tarbiyah yang fardhu ‘ain ini. Yang jelas, kini aku berkecimpung di dunia dakwah. Aku memiliki visi untuk memperbaiki moral ummat. Sulit memang. Karena ketika kita ingin memperbaiki moral orang lain, maka kita harus bisa menyempurnakan moral kita terlebih dahulu. Hmm, mungkin bahasanya bukan menyempurnakan, tapi membuat moral atau sikap kita, limit menuju sempurna. Karena makhluk yang bermoral sempurna hanyalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.. Ketika berkecimpung di dunia dakwah, maka kunci utama memang tarbiyah. Tarbiyah tentang apa yang pertama? Ya tentang aqidah. Pondasi utama kepribadian seorang muslim. Telah kita ketahui, bahwa tegaknya ummat ini tergantung aqidahnya. Tegaknya aqidah itu bergantung dari dakwahnya. Dan tegaknya dakwah bergantung dari tarbiyahnya. Tiga kata yang masing-masing merupakan diferensial dari yang lainnya. Aqidah, Dakwah, dan Tarbiyah. Bahkan, ada seorang tokoh yang mengatakan bahwa, “Dakwah dan tarbiyah adalah sebuah keniscayaan dalam situasi dan kondisi apa pun dan bagaimanapun.” Subhanallah.. begitu pentingnya tarbiyah dan dakwah..

Tarbiyah.. sebuah kata kerja.. yang harus terus digelorakan semangatnya di kalangan kader. Jangan sampai ada kemalasan atau kemerosotan tarbiyah. Kemalasan tarbiyah adalah masalah besar bagi sejarah ummat dalam pergerakan dakwah. Seluruh aktivitas dakwah pasti akan terasa sangat hampa dengan kemalasan tarbiyah. Tarbiyah adalah fondasi. Sebuah fondasi yang sangat vital untuk bisa mewujudkan bangunan peradaban ummat islam. Bagaimana mungkin peradaban ummat islam bisa dibangun tanpa kader yang tertarbiyah? Ketika semangat tarbiyah hilang, disinilah puncak permasalahan. Kemalasan tarbiyah bisa menyebabkan kita tergeser, menjadi generasi yang tergantikan. Kakak kelas saya (lagi) pernah bilang, “ketika kita tidak disibukkan oleh agenda tarbiyah, maka kita akan disibukkan oleh agenda main-main, yang sama sekali tak berguna”. Na’udzubillah. Jangan sampai kita menjadi generasi yang tergantikan, seperti yang Allah bilang dalam surat Muhammad ayat 38 “dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu ini.” Na’udzubillahi mindzalik.. memang, kefuturan memang satu hal yang pasti akan ada. Dan menjaga keistiqomahan, memang sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan. Tapi, disinilah letak perjuangan. Ketika kita melawan kefuturan. Kembali kepada semangat bertarbiyah.

Tarbiyah sangatlah penting.. sekali lagi saya katakan demikian.. tarbiyah penting ketika dilihat dari segi keikhlasan dan profesionalisme. Dengan tarbiyah lah, akan muncul hubungan yang kuat antara hamba dan Rabbnya. Dan dakwah sebagai aksi nyata, telah melatih kita untuk meningkatkan profesionalisme aktivisnya. Yang ideal adalah, kuatnya tarbiyah diiringi dengan tekunnya dakwah. Inilah yang akan menjadi ruh yang tinggi dalam membangun batu-bata peradaban.

Ada empat unsure yang harus ada dalam tarbiyah. Yaitu yang mentarbiyah, yang ditarbiyah, materi tarbiyah, dan system tarbiyah. Tanpa adanya salah satu dari itu, nihil. Tarbiyah tidak hanya sekedar dating kajian atau dating liqo. Tarbiyah dapat dilakukan dengan berbagai cara, contohnya membaca buku, mendengarkan rekaman kajian, dll.
Sebelum jauh kita membicarakan masalah tarbiyah dan dakwah, marilah kita membahas masalah tarbiyah terhadap diri kita sendiri. Karena tidak mungkin, ketika tidak memiliki apa-apa, kita ingin memberi. Lalu apa yang ingin kita beri jika memang kita gak punya apa-apa?

Mentarbiyah diri sendiri, atau bahasa kerennya, Tarbiyah Dzatiyah. Sesuatu yang terkadang dilupakan, karena padatnya agenda dakwah. “Syuro syuro dan syuro. Kapasitas diri? Nanti saja!”. Saya sangat membenci pernyataan ini, meskipun tidak sejelas kata-kata itu pada kenyataannya. Kita lupa akan keberhasilan dakwah para shahabat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Tahukah kita, bahwa rahasia keberhasilan dakwah mereka adalah, mereka mampu mentarbiyah diri sendiri dengan sangat optimal, mengadakan perbaikan diri secara continue dan konsisten, serta mengembangkan semua potensi mereka. Mereka, orang-orang yang berhasil dalam dakwah, tidak berhenti pada realitas rukun-rukun dan perbuatan islam saja. Mereka tidak berpuas diri sampai situ.

Tarbiyah Dzatiyah adalah tarbiyah seseorang terhadap dirinya sendiri. Tarbiyah dzatiyah berbeda dengan tarbiyah Jama’iyah. Kenapa tarbiyah dzatiyah itu menjadi sesuatu yang sangat penting dalam dakwah?
  1. Karena menjaga diri sendiri harus didahulukan daripada menjaga orang lain. Bukan berarti kita ingin masuk surga sendirian. Tapi disini ada skala prioritas. Bukan pula kita harus menyempurnakan diri sendiri dahulu baru kita boleh menjaga orang lain. Hakikat ini ditegaskan oleh Allah dalam QS.At-Tahrim : 6, “Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”. Penjagaan/perbaikan harus dilakukan dari ruang lingkup terkecil, yaitu diri kita sendiri, kemudian keluarga, dll.
  2. Jika bukan kita, siapa lagi? Sebuah pertanyaan retoris untuk membangkitkan kesadaran kita. Bahwa ketika kita tidak berusaha untuk mentarbiyah diri sendiri, siapa lagi yang akan mentarbiyah diri kita. Kita harus segera keluar dari zona nyaman. Jangan anggap karena kita bertempat di lingkungan yang sudah kondusif, lalu kita berdiam diri. Hanya mengharapkan ada orang lain yang mentarbiyahi kita. Orang-orang itu, waktu mereka tidak penuh untuk kita, sehingga penjagaan kita juga tidak dapat dipenuhi jika hanya oleh mereka. Walhasil, mentarbiyah diri sendiri adalah sebuah kewajiban. Ketika hari dan umur terus bergulir, sedangkan kita gagal mengetahui titik lemah kita, jangan sampai ada kata menyesal ketika nyawa sudah sampai di tenggorokan. Na’udzubillah.
  3. Di hari kiamat, hisabnya bersifat individual, lho. Hisab pada hari kiamat tidaklah bersifat kolektif. Setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban tentang diri dan sepak terjangnya. Seperti yang pernah Allah bilang dalam surat cintanya dalam QS.Maryam ayat 95, “Dan setiap mereka dating kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.”
  4. Tarbiyah Dzatiyah lebih mampu mengadakan perubahan. Setiap kita pasti punya aib, kekurangan, kelalaian, atau sejenisnya. Kita harus memperbaiki seluruh sisi negative yang kita miliki sebelum nantinya membengkak. Dan seseorang TIDAK AKAN dapat meluruskan kesalahan atau memperbaiki aib-aibnya dengan sempurna dan permanen, tanpa adanya Tarbiyah Dzatiyah. Jika kita tertib dalam membina diri kita, maka pasti (INSYA ALLAH) kita juga akan tertib dalam membina orang lain, apalagi dalam konteks ini, kita memiliki sebuah visi besar, membangun peradaban islam yaitu dengan membina umat.
  5. Tarbiyah Dzatiyah adalah sebuah sarana tsabbat dan istiqomah. Untuk bisa tsabbat, tarbiyahlah sarana pertamanya. Ketegaran sangat dibutuhkan dalam mengarungi samudera kehidupan yang penuh dengan gelombang ini. Disinilah garis pertahanan kita. Kualitas tarbiyah kita yang menentukan. Apakah kita mampu melawan berbagai fitnah dan bujuk rayu. Apakah kita mampu tetap bertahan ketika yang lain gugur, apakah kita mampu melawan rasa malas, loyo, dan takut akan masa depan? Wallahi saya kembali katakana, kualitas tarbiyah kita sendiri lah yang mampu menjawabnya!

  1. Tarbiyah Dzatiyah merupakan sarana dakwah yang paliing kuat. Setiap muslim adalah da’i untuk menyeru ke jalan Allah. Agar isi dakwahnya dapat diterima, kita harus memiliki perbekalan yang banyak dan kuat. Cara dakwah terbaik adalah dengan dakwah bil hikmah (kata2nya mba pVitaa ^_^v). kita menjadi Qudwah yang baik dan teladan yang istimewa bagi musllim lain.. dan juga, langkah awal untuk melakukan perbaikan ummat, dimulai dengan tarbiyah dzatiyah. Tentunya tarbiyah dzatiyah yang maksimal, syumul, dan tawazun..
Itu adalah sebagian kecil urgensi tarbiyah dzatiyah. Untuk lebih jelasnya, silahkan Tanya ke MR masing-masing ^_^V.
            Saya mengangkat tema tarbiyah dzatiyah, berangkat dari kemirisan hati saya (ciye’elah) melihat sudah cukup banyak ikhwah yang melupakan kualitas diri. Sibuk mengejar urusan dunia. Saya kecewa karena (mungkin), focus dakwah kita hanya dakwah pada sebuah system. Terkadang kita masih canggung untuk mengatakan bahwa yang salah adalah salah dan yang benar adalah benar. Padahal, itulah esensi dakwah sebenarnya. Amar ma’ruf nahyi munkar. Bukan hanya bagaimana mencari kader sebanyak2nya agar mereka bisa bergabung di lembaga dakwah ini, dan bukan pula bagaimana alur kaderisasi ini dapat berjalan dengan lancar. Tidaak! Sekali lagi tidak!
            Tarbiyah bukan sekedar mengingatkan kita untuk menjalankan kewajiban kita (thok) terhadap Allah, lalu dapat bersantai dan membuatnya berfikir tidak penting menjalankan ibadah-ibadah lain yang tidak wajib.
            Allah ta’ala berfirman dalam surat cinta-NYA yang agung, “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.” (Al-Hasyr:18). Sekali lagi saya katakan, TARBIYAHlah kuncinya!
*bingung mau nulis apalagi, karena ilmu saya masih sangatttttttt sedikit*
Berbicara tarbiyah.. Sangat luas.. Tarbiyah oh Tarbiyah.. Saya sering baca status facebook ikhwah2, kata-kata sederhana yang sangat keren, “tarbiyah memang bukan segalanya, tapi segalanya bisa berawal dari tarbiyah”. Kurang bukti apalagi coba, para shahabat-shahabat radhiyallahu ‘anhu lahir dari kehebatan tangan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam mentarbiyah.
            Sedikit coppas, Tarbiyah adalah berbagai upaya terbaik untuk membantu orang lain, secara langsung seperti memberikan nasihat, atau tidak langsung, seperti keteladanan, berdasarkan sistem dan kurikulum tertentu dalam rangka mengantarkan seseorang menuju kondisi yang lebih baik”.
J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J

                        Tak bosan-bosannya saya katakana, bahwa tarbiyah adalah sebuah keniscayaan..
Tarbiyahlah satu-satunya cara untuk bisa menghasilkan manusia muslim yang berdaya guna,,
Tarbiyahlah benteng yang kokoh untuk bisa menjaga persatuan ummat, mencegah perpecahan..
Dengan tarbiyah, semangat dakwah akan terus bergelora, bekerja keras tanpa kenal lelah menata batu-bata peradaban..
Hanya dengan tarbiyah, seseorang bisa bermetamorfosa menjadi seorang pemimpin yang hebat..
            Dengan tarbiyah, akan muncul ukhuwah yang sebenarnya..
Dan dari rahim tarbiyah lah, generasi-generasi Murabbi yang muntijah itu terlahir..
            Tarbiyah.. satu-satunya jalan untuk regenerasi dalam menegakkan kebenaran..
Dan yang tidak boleh kita lupa, bahwa tarbiyah adalah sunnah yang dicontohkan Rasulullah dan para shahabat..
Setelah berbicara banyak tentang tarbiyah, sebenarnya apa sih yang pengen di hasilkan dari tarbiyah? Telah jelas, bahwa produk tarbiyah adalah khairu ummah.. Subhanallah.. Tentunya khairu ummah hanya dapat terbentuk ketika batu bata peradaban (yang telah lebih dahulu dibangun oleh Rasulullah dan shahabatnya) sudah ada. Kita tidak boleh lupa dengan visi besar ini. KHAIRU UMMAH.
Contoh konkret, wujud nyata dari khairu ummah adalah selalu mengutamakan Allah di atas segalanya, tentunya dengan mengawali waktu sholat..  Selalu bersedekah, karena ia tahu, bahwa di hartanya, terdapat bagian untuk orang lain. Selalu ingat kematian sehingga selalu berbuat baik. Khairu Ummah dalam menjalankan tugas duniawi, pasti akan selalu menghadirkan ruh-ruh atau nafas-nafas ukhrawi
(pernah dapet materi tentang komitmen tarbiyah di liqoan).. Komitmen tarbiyah itu ada lima hal ; Muahadah (bertekad untuk memperbaiki diri), Muraqabah (Merasa dikontrol oleh Allah), Muhasabah (evaluasi diri), Mujahadah (bersungguh-sungguh mengorbankan waktu, pikiran dan harta), serta Istiqamah (murni mentaati Allah)
            Liqo (pertemuan).. merupakan sarana ringkasan tarbiyah.. kenapa saya menyebutnya ringkasan? Karena liqo hanya sebagian kecil dari proses tarbiyah.. liqo merupakan tempat kita share satu sama lain. Maka saya agak heran dengan orang yang mengaku aktivis, tapi modal untuk berdakwahnya hanya dari liqo..
Mengapa saya sangat mencintai liqo? (terlebih dengan MR terdahulu :D,, sudah..sudah tak usah dibahas lagi.. inilah proses, nak!)
karena dengan liqo, kita dapat kembali belajar membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta mempelajari tafsirnya.. karena dengan liqo, kita kembali dapat mempelajari hadits nabi dan shirahnya.. karena dengan liqo, ukhuwah dapat semakin erat.. serta karena dengan liqo, maka akan timbul At Ta’wun fil birri wat taqwa (tolong menolong dalam taqwa). Hmm subhanallah..
            Mencari ilmu.. adalah hal terpenting dalam bertarbiyah.. seperti kata Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab  rahimahullah berkata, “Ketahuilah, mencari ilmu itu wajib dan ilmu itu menyembuhkan hati yang sakit. Yang paling penting bagi seseorang ialah ia tahu agamanya. Karena, ketika ia telah tahu dan mengamalkannya, maka itulah jalan masuk ke syurga Allah subhanahu wata’ala. Ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits serta pemahaman para salafush shaleh, itulah ilmu yang menghasilkan ketaqwaan kepada Allah (aamiin!). Ilmu itulah yang akan menimbulkan perasaan selalu diawasi oleh Allah atau bahasa gaulnya Muroqobatullah, dalam bertingkah, kita akan bersikap waro’ (hati-hati karena takut salah), dan lain-lain.
            Ilmu dan tarbiyah itu bagai dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan. Seperti Ahmad bin Hanbal yang ditanya oleh seseorang ketika ia berlari di jalan hanya karena pindah dari satu liqo ke liqo lainnya, ia ditanya sampai kapan ia akan mencari ilmu,, dan dengan tegas beliau menjawab, “SAMPAI MATI”. Subhanallah. Itulah jawaban yang tak sekedar kata. Jawaban penuh idealism yang real..
            Orang yang tertarbiyah.. maka harus berubah setiap saat. Disitulah terlihat bahwa tarbiyahnya sukses. Tarbiyah.. tidak harus berubah secara langsung dan mendadak.. Karena tarbiyah adalah proses. Sekali lagi saya katakana bahwa tarbiyah adalah sebuah proses. Proses untuk berubah ke arah yang lebih baik. Perubahan secara istimror.

Percayalah.. seorang aktivis yang memiliki tarbiyah yang kuat akan selalu hidup selamanya, tidak akan pernah mati.. karena, nafas ruhiyahnya selalu terhembus..
Percayalah.. ketika kita hidup hanya untuk diri kita sendiri, tidak berusaha bermanfaat untuk orang lain, maka kita akan menjadi kerdil..
Percayalah.. bahwa tarbiyah.. akan memberikan kita kekuatan.. kekuatan yang Allah titipkan untuk kita..
Percayalah.. ketika kita mentarbiyah.. baik diri kita sendiri maupun orang lain.. Maka kita telah menyambung nafas kehidupan.. Bukan hanya dimensi dunia.. tapi juga dimensi akhirat..
Percayalah.. kita harus menyiapkan bekal yang cukup untuk menghadap Sang Illahi Rabbi.. ingatlah, fisik ini hanyalah kendaraan.. kita hanya berekreasi di dunia yang fana ini.. dan suatu saat, kita harus kembali..

            Ingatlah, hidup ini terlalu berharga jika hanya kita lakukan untuk aktivitas-aktivitas biasa. Jika kita ingin menjadi seorang yang luar biasa, maka kita harus melakukan aktivitas-aktivitas luar biasa.. TARBIYAH..
            Ingatlah, ada satu visi besar di depan sana yang harus kita jemput..
            Ada kemenangan di depan sana yang harus kita perjuangkan.. kita raih..
            Nihil.. Tidak mungkin itu semua bisa kita raih tanpa tarbiyah..
            Tarbiyah.. yang akan menjadi penyambung nafas kehidupan dunia.. dan juga akhirat..
            Meski saya belum menjadi orang dengan tarbiyah yang baik, mari kita bersama-sama.. merapatkan barisan.. kembali bersama membangun batu-bata peradaban.. menggalang persatuan.. membangun semangat bertarbiyah yang kuat..
            Tarbiyah.. Bukan hal yang mustahil bisa menjadikan insan-insan beriman dan selalu beramal shaleh.. Ingatkah, ada tiga janji Allah yang akan diberikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh? Allah akan mengangkat kekhalifahan di bumi, Allah akan mengokohkan kehidupan di bumi dengan islam dan sistemnya, serta Allah akan mengganti kondisi mereka dari rasa takut menjadi rasa aman.. Dengan keimanan.. Semua itu di dapat dengan keimanan.. Dan keimanan bisa didapat jika kita berilmu dan beramal.. Dan ilmu bisa kita dapat, dengan tarbiyah.. Hanya dengan tarbiyah (pendidikan)..


Fatin Nabilah (Kader AB 1 KAMMI KOMISARIAT SOEDIRMAN)
Rabu-kamis, 22-23 Desember 2010
Di kamar tercintaa <3
Read More..

Perubahan Dari Titik Nol

Minggu, 28 November 2010

Perubahan Dari Titik Nol


Episode-episode keterpurukan itu nampak sangat jelas. Keterpurukan dalam peradaban, ekonomi, budaya dan kekuatan militer persenjataan seperti menjadi sebuah serial yang terus saja berkelanjutan layaknya sebuah pertunjukan film atau sinetron yang selalu menyediakan episode lanjutan. Banyak yang pesimis dan kecut pada akhirnya. Yah, ummat yang –katanya dan seharusnya- gagah menggantungkan izzahnya kepada Allah Azza wa Jalla itu dibuat kecut, pesimis dan rendah diri akibat terlalu banyak menyaksikan serial keterpurukannya sendiri. Akibatnya mereka menjadi kaku. Tidak mampu berdiri. Apalagi bergerak.

Padahal sesungguhnya, jenis kelemahan yang paling dahsyat adalah bila kita dengan penuh ketidakberdayaan menerima dan bersandar pada realitas. Realitas bahwa kita telah terpuruk. Realitas bahwa kekuatan hizb asy syaithan begitu kuat dalam setiap lini. Sungguh, kelemahan yang satu ini sangat menakutkan. Sebab ketika kita semua menjadi manusia yang pasrah dengan kenyataan lalu tidak berbuat apa-apa untuk menghentikan episode kekalahan ini, maka kita akan menjadi sekumpulan prajurit dan ksatria yang kalah sebelum perang mengibarkan benderanya. Sebab jiwa kita telah takluk, bertekuk lutut. Sekuat apapun senjata penghancurmu, bila jiwamu terkulai, jangan pernah bermimpi meraih kemenangan.

Jalan perubahan (baca : jalan kemenangan) itu sendiri sesungguhnya telah begitu jelas bagi ummat ini. “Dan sungguh benar-benar Allah pasti akan memenangkan siapa yang menolong (agama)Nya. Sesungguhnya Allah itu Maha kuat lagi Maha berkuasa.” (TQS. Al Hajj: 40). Seharusnya seorang mu’min tidak boleh kalah dan takluk di depan keputusasaan atau kerendahdirian. Sebab iman yang ia miliki bersumber dari Sang Rabb yang mengingatkannya,”Dan janganlah kalian merasa hina-rendah, dan jangan (pula) kalian bersedih, sebab kalianlah yang tertinggi bila kalian beriman” (TQS. Ali Imran: 139). Hanya saja, ummat ini seharusnya tidak pernah lupa akan satu hal. Bahwa kemenangan dan kebangkitan ummat ini tidak akan lahir dengan sebuah mu’jizat. Sebab ia akan terlahir melalui proses sunnatullah. Yah, sunnatullah itu tidak akan mungkin dilanggar. Sunnatullah yang disebutkan oleh Allah Ta’ala ketika menyatakan, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka.” (TQS. Ar Ra’d: 11)
Jadi bila engkau bertanya tentang titik awal jalan perubahan dan kemenangan ini, maka jawabnya adalah bahwa ia bermula dari diri kita masing-masing. Adalah sebuah kesalahan yang sangat fatal –dan sangat disayangkan kesalahan ini diyakini sebagai kebenaran oleh sebagian pelaku pergerakan Islam- bila kita ingin mengubah keadaan tanpa terlebih dahulu melakukan perubahan pada diri para pelaku keadaan itu. Melakukan “pembangunan” ulang dan tarbiyah adalah jalan yang paling tepat untuk mengawali sebuah episode perubahan dan kemenangan. Sebab kunci dasar dari sebuah kebangkitan dan perubahan keadaan ada pada diri manusia. Itulah sebabnya, da’wah Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- sepenuhnya tertuju pada pembinaan (tarbiyah) dan penyucian (tazkiyah). “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang ‘ummiy’ seorang Rasul, yang membacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah)…”(TQS. Al Jum’ah : 2)

Manusia dengan segala potensi yang dikaruniakan Allah padanya adalah makhluq yang memiliki kemampuan yang dahsyat untuk membuat sejarah. Itu pula sebabnya mengapa Allah Ta’ala memilih mereka untuk mengemban amanah yang paling berat. Amanah yang telah ditawarkan sebelumnya kepada langit, bumi dan gunung –makhluq yang secara fisik jauh lebih besar dari fisik manusia- lalu mereka semua menolaknya. Manusialah yang kemudian –dengan gagah- menerimanya. Namun manusia pulalah yang menjelma menjadi sosok makhluq yang sangat kompleks. Itulah sebabnya, siapa saja yang meyakini pentingnya membina pribadi pembangun peradaban dan kejayaan ummat ini harus menyadari betul bahwa jalan tarbiyah dan tazkiyah ini adalah jalan yang panjang. Kesabaranmu harus berlipat. Dan nafasmu harus sangat panjang… Tapi itulah jalannya. Jangan tergesa-gesa menitinya. Persis seperti saat dimana pada suatu ketika Khabbab ibn Al Art –radhiallahu ‘anhu- mengeluh kepada sang Rasul betapa beratnya penindasan kaum musyrik pada mereka dan mempertanyakan mengapa tidak segera meminta pada Allah Ta’ala untuk dimenangkan…Persis seperti jawab sang Rasul yang marah memerah wajahnya,”Sungguh generasi sebelum kalian ada yang disisir kepalanya dengan sisir besi hingga terkoyak dan nampak tulang dari dagingnya, namun itu tak memalingkannya dari agamanya…Lalu diletakkan sebuah gergaji di atas kepalanya, kemudian (kepalanya itu) dibelah hingga menjadi dua, namun itu tidak memalingkannya dari agamanya…Sungguh Allah pasti akan menyempurnakan urusan (agama) ini hingga seseorang dapat berkendara dari Shan’a ke Hadhramaut, ia tidak takut kecuali kepada Allah dan serigala yang akan menerkam dombanya…Tapi kalian adalah orang yang tergesa-gesa…” (HR. Bukhari).

Jadi itulah jalannya. Dan jalan itu belum pernah berhenti. Jalan itu tidak terhenti walau engkau telah mendapatkan kursimu. Jalan itu tidak akan berakhir saat orang-orangmu telah diangkat menjadi menteri. Tidak. Sebab jalan ini hanya akan berhenti ketika engkau telah mengeluarkan manusia dari penghambaan kepada sesama makhluq menuju penghambaan hanya kepada Sang pencipta seluruh makhluq. Jalan itu akan usai pada satu titik. Pada titik Tauhid. (MIZ)


by ukh fatin nabila
taken from: abul-miqdad.blogspot.com

Read More..

INILAH JALANKU (HAZIHI SABILI)

Kamis, 25 November 2010
INILAH JALANKU (HAZIHI SABILI)
Katakanlah : Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yag nyata. Maha Suci Allah dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.
Ayat diatas terdapat dalam surat Yusuf ayat 108 termasuk golongan surat Makkiyah. Khitob ayatnya ditujukan kepada Nabi Muhammad saw setelah Allah swt menerangkan kisah Nabi Yusuf as, agar beliau mengambil pelajaran yang banyak sekaligus merupakan penghibur beliau dalam menjalankan tugas dakwahnya.
“Inilah jalanku” (inilah pendirian dan peganganku) merupakan kata pemisah yang sangat tegas dan jelas, jalan yang ditempuh Rasulullah sebagai garis batas antara Tauhid dan Syirik, garis pemisah antara yang haq dan yang batil, selama-lamanya tidak akan mungkin bersatu, walaupun saat itu posisi Rasulullah saw lemah dan pengikutnya masih sedikit sementara golongan kafir dan musyrikin menguasai masyarakat. Namun keteguhan prinsip ini tertanam dalam iman dan keyakinan dengan kerelaan menanggung segala konsekwensinya.
Keyakinan dan keteguhan inilah yang membentuk sikap hidup dengan dakwah menyeru kepada Dinullah sebagai jalannya. Jalan dakwah ini dipelopori oleh para Anbiya’ ‘alaihimus salam yang menyeru manusia kepada subul-as-Salam (jalan kebahagiaan), menunjukkan manusia kepada jalan yang lurus (sirat-al-Mustaqim), sehingga manusia menerima seruan Allah dan Rasul-N Dakwah berawal dari hati yang sadar bahwa inilah jalan yang harus ditempuh, yaitu untuk menyeru manusia kepada Allah sehingga mereka mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW.
Jalan dakwah ini sebagaimana yang dipahami oleh Asysyahid Hasan al-Banna merupakan jalan yang sangat panjang dan berliku, dan tidak ada pilihan selain jalan ini yang dapat ditempuh untuk membangun kejayaan ummat.
Dakwah menuju jalan Allah ini merupakan tugas para rasul dan seluruh pengikut mereka (“aku dan orang-orang yang mengikutiku”}dengan tujuan untuk mengeluarkan manusia dari zulumat menuju nur (cahaya), dari kekufuran menuju keimanan, dari kemusyrikan menuju ketauhidan dari neraka menuju surgaNya. Aktivitas dakwah sebagai jalan yang harus ditempuh ini benar-benar berdasarkan hujjah yang nyata dan keyakinan yang benar.
‘ala bashirotin adalah hujjah, berupa ‘ilmu’ yang mesti dipersiapkan oleh pengikut ‘jalan ini’agar mereka mampu memberi penjelasan dan keterangan yang sejelas-jelasnya bagi orang-orang yang siap membantahnya dengan kebatilan.
Orang-orang yang mengikuti jalan dakwah ini senantiasa mensucikan Allah ‘Subhanallah’ dan dengan tegas menyatakan dengan sikap dan I’tiqad yang sungguh-sungguh bahwa mereka bukanlah orang-orang yang mensekutukanNya (‘dan aku tidaklah termasuk orang yang musyrik’).
Mustafa Masyur menjelaskan bahwa “jalan dakwah adalah jalan yang satu. Di atas jalan inilah Rasulullah saw dan para sahabat Baginda ra. berjalan. Demikian juga kita dan para pendukung dakwah berjalan dengan taufik dari Allah swt. Kita dan mereka berjalan berbekalkan dengan iman, amal, mahabbah (kasih sayang), dan ukhuwah (persaudaraan). Rasulullah saw menyeru mereka kepada iman dan amal, kemudian menyatupadukan hati-hati mereka di atas dasar cinta dan ukhuwah. Berpadulah kekuatan iman dan kekuatan aqidah dengan kekuatan persatuan. Jadilah jemaah mereka jemaah contoh teladan. Kalimahnya mesti lahir dan dakwahnya mesti menang walaupun ditentang oleh semua penghuni muka bumi ini"
Modal dasar untuk pencapaian tujuan dengan dakwah sebagai jalannya memerlukan 3 syarat sebagaimana Asysyahid Imam Hasan al-Banna katakan (berdasarkan ayat diatas):
1- Ana (hazihi sabili ana wa manittaba’ani), yaitu pemimpin
Dalam meniti dakwah ini memerlukan seorang pemimpin dan Nabi Muhammad saw merupakan penghulu para nabi sekaligus penutup masa kenabian yang merupakan pemimpin dakwah pertama bagi umat yang terakhir ini. Allah mengutusnya sebagai rahmat bagi segenap alam, membawa berita gembira dan ancaman, Ia adalah pemimpin dakwah menyeru kejalan Allah. Ia memulai dakwahnya dengan pemahaman kalimah “La ilaha Illallah, Muhammadur Rasulullah”.
Setelah beliau dakwah inipun memerlukan pemimpin- pemimpin lainnya sebagai penyambung risalah Muhammad saw yang kuat dan terpercaya yang dapat memimpin dan mengarahkan serta memberikan teladan kepada orang-orang yang menjadi pengikutnya, ia mesti memiliki kegigihan dalam memperjuangkan cita-cita, tidak mudah menyerah, tidak berputus asa dari mengharap pertolongan Allah, sekalipun dakwah itu memakan waktu yang panjang, ia mesti menghambil qudwah dari Muhammad saw dalam menghadapi tantangan hebat dari kaum kuffar.
2- Pendukung yang beriman/jamaah (wamanittaba’ani)
3- Manhaj yang benar (‘ala basshirotin)
Menyeru umat pada kalimat Tauhidullah tidak bisa dilakukan tanpa program dan tanpa manhaj yang jelas. Oleh karena itu untuk pekerjaan besar ini memerlukan manhaj yang terdapat dalam al-Quran, Sunnah dan hukum-hukum Islam.
Dalam ayat ini Allah s.w.t. memberi petunjuk kepada hamba-hambaNya bagaimana cara berda'wah mengajak manusia kembali kepada agama ang haq (benar). Orang yang berda'wah hendaknya mengerti dan mengetahui benar apa yang dida'wahkannya, serta yakin akan kebenarannya.
Hal ini merupakan syarat mutlak di dalam da'wah.

Dalam ayat ini tegas ditunjukkan bahwa da'i hendaknya menunjukkan dengan jelas arah yang seharusnya ditempuh oleh mad'u 'alaihi yang membawa kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
oleh da'i. Orang yang telah yakin akan kebenaran petunjuk itu, wajib mempertahankan keyakinannya untuk menyebarluaskan ajaran itu. Hal ini hanya dapat dilaksanakan oleh orang-orang yang mengerti, kaum ulama yang telah mendalami isi petunjuk itu.
Yang dimaksud dengan ulama, ialah orang-orang yang tidak keluar dari Alquran dan sunnah Rasul serta mengamalkan petunjuk itu.
Mereka inilah terutama yang wajib menyebarluaskan petunjuk itu, karena mereka telah dapat berjalan menurut petunjuk Allah.

Selanjutnya diperintahkan pula agar orang-orang yang mengajak pada jalan Allah menyatakan dengan tegas bahwa Allah Maha Suci dari
Syirik, tiada sekutu bagiNya. Hendaknya benar-benar bersikap dan ber itiqad mengEsakan Allah dengan menunjukkan dalil yang jelas. Perbuat
an seperti ini adalah jalan yang ditunjukkan para Rasul, dan para Rasul ini diutus untuk keperluan itu


Read More..

KADERISASI KAMMI KOMISARIAT SOEDIRMAN PRESENT PART II

Kamis, 18 November 2010
Read More..

TRAINING JURNALISTIK KAMMI KOMISARIAT SOEDIRMAN FROM HUMAS KAMMI SOEDIRMAN PRESENT

Read More..

KAMMI Perlu Jalan Baru Gerakan

Minggu, 14 November 2010
Gerakan Mahasiswa 2010 seakan terlelap dalam hingar bingar politik Indonesia. Publik sesekali mendengar interupsinya pada beberapa diskursus. Sayangnya, interupsi berupa unjuk rasa itu tidak menampakkan bahwa mereka memahami permasalahan.

Penyikapan pada kasus TDL dan ledakan tabung gas misalnya. Gerakan mahasiswa terkesan abai. Seolah, pemerintah sudah bekerja pada tracknya.

Ketua Departemen Kajian Strategis KAMMI Pusat Amin Sudarsono menilai, gerakan mahasiswa saat ini terbuai pada permainan elite. Sebab, tidak mendekat dan membersamai grassroot.

Amin mengaku kecewa, tidak ada kesadaran kolektif bergerak ke grassroot. Malah, lebih tertarik mendekat pada elite. Kalaupun berdialektika, justru berdiskursus pada wacana melangit.

“KAMMI mestinya turun ke grassroot, kembali ke akar, yaitu rakyat, para pekerja, rakyat miskin dan marjinal,” ujar Amin dalam diskusi di Radja Ketjil, Tebet Barat, Jakarta Selatan, Rabu malam (21/7).

Menurut dia, rakyat kecil-lah pemegang kedaulatan negeri ini. Meskipun pada praktiknya kartel dinasti elit politik lebih mendominasi arah kebijakan pemerintah.

“Gejala kartel dinasti dalam sistem Indonesia harus disiasati gerakan mahasiswa dengan membentuk kartel rakyat,” ujarnya.

Bukankah itu antitesis Muslim Negarawan yang mengacu pada mobilitas vertikal kader? “Bukan antitesis tapi jalan baru gerakan. Negarawan organik. tidak terkontaminasi unsur-unsur kimia kapitalisme dan sosialisme. Pupuknya rakyat yang natural,” ujar penulis buku Ijtihad Membangun Basis Gerakan itu.

Meski duduk di jajaran pimpinan pusat saat ini, kata Amin, dirinya tidak leluasa mendesakkan ide tersebut menjadi kebijakan. Dia berijtihad: kunci menyukseskan agenda itu melalui even Muktamar Aceh besok.

Ide Amin mendapat apresiasi Peneliti Center on Asia and Globalisation, Starr Levesque. Menurut Starr, komunitas-komunitas disekitar korporasi besar perlu dibersamai. Mereka rawan masalah sosial karena tempat tinggal beralih menjadi industri sementara dirinya tidak terlibat sentral.

Starr mengaku iri pada keterbukaan di Indonesia. Sebab itu, harus dimanfaatkan optimal. “Singapura negara kecil yang makmur tapi otoriter,” ujar mahasiswa Lee Kuan Yew School of Public Policy Singapura itu.

Eksponen aktivis 80-an juga mendukung ide Amin membawa gerakan mahasiswa menjadi gerakan intelektual organik. Pegiat pendamping sosial, Widi Heriyanto, mengatakan basis rakyat di pesantren dan komunitas-komunitas marginal-lah yang menjadi target perubahan riil.

“Kalau bersaing di level elit pasti kalah dengan alumni luar. Sementara KAMMI punya basis yang selama ini diabaikan, basis pesantren, komunitas. Ingat, perubahan riil di mereka,” ujar alumnus Universitas Padjajaran itu.

Dia mencontohkan, ketika UU Keterbukaan Informasi Publik lahir, rakyat kecil tidak langsung tahu. Padahal, saat informasi sangat vital. Kesulitan-kesulitan berhubungan dengan birokrasi seringkali karena ketidaktahuan akan informasi yang benar.

“Bagaimana dari informasi menjadi nasi, kalau tidak didampingi tidak bisa,” ujar murid Frans Magnis Suseno dan Roem Topatimasang itu.

Diskusi hangat itu berakhir hingga larut malam. Diiringi alunan suara keroncong Grace Simon, biduanita 80-an, rombongan beranjak meninggalkan bilangan Tebet.


Oleh:
Suryanta Bakti
Jurnalis dan Mantan Pengurus KAMII Pusat Read More..