Perubahan Dari Titik Nol

Minggu, 28 November 2010

Perubahan Dari Titik Nol


Episode-episode keterpurukan itu nampak sangat jelas. Keterpurukan dalam peradaban, ekonomi, budaya dan kekuatan militer persenjataan seperti menjadi sebuah serial yang terus saja berkelanjutan layaknya sebuah pertunjukan film atau sinetron yang selalu menyediakan episode lanjutan. Banyak yang pesimis dan kecut pada akhirnya. Yah, ummat yang –katanya dan seharusnya- gagah menggantungkan izzahnya kepada Allah Azza wa Jalla itu dibuat kecut, pesimis dan rendah diri akibat terlalu banyak menyaksikan serial keterpurukannya sendiri. Akibatnya mereka menjadi kaku. Tidak mampu berdiri. Apalagi bergerak.

Padahal sesungguhnya, jenis kelemahan yang paling dahsyat adalah bila kita dengan penuh ketidakberdayaan menerima dan bersandar pada realitas. Realitas bahwa kita telah terpuruk. Realitas bahwa kekuatan hizb asy syaithan begitu kuat dalam setiap lini. Sungguh, kelemahan yang satu ini sangat menakutkan. Sebab ketika kita semua menjadi manusia yang pasrah dengan kenyataan lalu tidak berbuat apa-apa untuk menghentikan episode kekalahan ini, maka kita akan menjadi sekumpulan prajurit dan ksatria yang kalah sebelum perang mengibarkan benderanya. Sebab jiwa kita telah takluk, bertekuk lutut. Sekuat apapun senjata penghancurmu, bila jiwamu terkulai, jangan pernah bermimpi meraih kemenangan.

Jalan perubahan (baca : jalan kemenangan) itu sendiri sesungguhnya telah begitu jelas bagi ummat ini. “Dan sungguh benar-benar Allah pasti akan memenangkan siapa yang menolong (agama)Nya. Sesungguhnya Allah itu Maha kuat lagi Maha berkuasa.” (TQS. Al Hajj: 40). Seharusnya seorang mu’min tidak boleh kalah dan takluk di depan keputusasaan atau kerendahdirian. Sebab iman yang ia miliki bersumber dari Sang Rabb yang mengingatkannya,”Dan janganlah kalian merasa hina-rendah, dan jangan (pula) kalian bersedih, sebab kalianlah yang tertinggi bila kalian beriman” (TQS. Ali Imran: 139). Hanya saja, ummat ini seharusnya tidak pernah lupa akan satu hal. Bahwa kemenangan dan kebangkitan ummat ini tidak akan lahir dengan sebuah mu’jizat. Sebab ia akan terlahir melalui proses sunnatullah. Yah, sunnatullah itu tidak akan mungkin dilanggar. Sunnatullah yang disebutkan oleh Allah Ta’ala ketika menyatakan, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka.” (TQS. Ar Ra’d: 11)
Jadi bila engkau bertanya tentang titik awal jalan perubahan dan kemenangan ini, maka jawabnya adalah bahwa ia bermula dari diri kita masing-masing. Adalah sebuah kesalahan yang sangat fatal –dan sangat disayangkan kesalahan ini diyakini sebagai kebenaran oleh sebagian pelaku pergerakan Islam- bila kita ingin mengubah keadaan tanpa terlebih dahulu melakukan perubahan pada diri para pelaku keadaan itu. Melakukan “pembangunan” ulang dan tarbiyah adalah jalan yang paling tepat untuk mengawali sebuah episode perubahan dan kemenangan. Sebab kunci dasar dari sebuah kebangkitan dan perubahan keadaan ada pada diri manusia. Itulah sebabnya, da’wah Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- sepenuhnya tertuju pada pembinaan (tarbiyah) dan penyucian (tazkiyah). “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang ‘ummiy’ seorang Rasul, yang membacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah)…”(TQS. Al Jum’ah : 2)

Manusia dengan segala potensi yang dikaruniakan Allah padanya adalah makhluq yang memiliki kemampuan yang dahsyat untuk membuat sejarah. Itu pula sebabnya mengapa Allah Ta’ala memilih mereka untuk mengemban amanah yang paling berat. Amanah yang telah ditawarkan sebelumnya kepada langit, bumi dan gunung –makhluq yang secara fisik jauh lebih besar dari fisik manusia- lalu mereka semua menolaknya. Manusialah yang kemudian –dengan gagah- menerimanya. Namun manusia pulalah yang menjelma menjadi sosok makhluq yang sangat kompleks. Itulah sebabnya, siapa saja yang meyakini pentingnya membina pribadi pembangun peradaban dan kejayaan ummat ini harus menyadari betul bahwa jalan tarbiyah dan tazkiyah ini adalah jalan yang panjang. Kesabaranmu harus berlipat. Dan nafasmu harus sangat panjang… Tapi itulah jalannya. Jangan tergesa-gesa menitinya. Persis seperti saat dimana pada suatu ketika Khabbab ibn Al Art –radhiallahu ‘anhu- mengeluh kepada sang Rasul betapa beratnya penindasan kaum musyrik pada mereka dan mempertanyakan mengapa tidak segera meminta pada Allah Ta’ala untuk dimenangkan…Persis seperti jawab sang Rasul yang marah memerah wajahnya,”Sungguh generasi sebelum kalian ada yang disisir kepalanya dengan sisir besi hingga terkoyak dan nampak tulang dari dagingnya, namun itu tak memalingkannya dari agamanya…Lalu diletakkan sebuah gergaji di atas kepalanya, kemudian (kepalanya itu) dibelah hingga menjadi dua, namun itu tidak memalingkannya dari agamanya…Sungguh Allah pasti akan menyempurnakan urusan (agama) ini hingga seseorang dapat berkendara dari Shan’a ke Hadhramaut, ia tidak takut kecuali kepada Allah dan serigala yang akan menerkam dombanya…Tapi kalian adalah orang yang tergesa-gesa…” (HR. Bukhari).

Jadi itulah jalannya. Dan jalan itu belum pernah berhenti. Jalan itu tidak terhenti walau engkau telah mendapatkan kursimu. Jalan itu tidak akan berakhir saat orang-orangmu telah diangkat menjadi menteri. Tidak. Sebab jalan ini hanya akan berhenti ketika engkau telah mengeluarkan manusia dari penghambaan kepada sesama makhluq menuju penghambaan hanya kepada Sang pencipta seluruh makhluq. Jalan itu akan usai pada satu titik. Pada titik Tauhid. (MIZ)


by ukh fatin nabila
taken from: abul-miqdad.blogspot.com

Read More..

INILAH JALANKU (HAZIHI SABILI)

Kamis, 25 November 2010
INILAH JALANKU (HAZIHI SABILI)
Katakanlah : Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yag nyata. Maha Suci Allah dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.
Ayat diatas terdapat dalam surat Yusuf ayat 108 termasuk golongan surat Makkiyah. Khitob ayatnya ditujukan kepada Nabi Muhammad saw setelah Allah swt menerangkan kisah Nabi Yusuf as, agar beliau mengambil pelajaran yang banyak sekaligus merupakan penghibur beliau dalam menjalankan tugas dakwahnya.
“Inilah jalanku” (inilah pendirian dan peganganku) merupakan kata pemisah yang sangat tegas dan jelas, jalan yang ditempuh Rasulullah sebagai garis batas antara Tauhid dan Syirik, garis pemisah antara yang haq dan yang batil, selama-lamanya tidak akan mungkin bersatu, walaupun saat itu posisi Rasulullah saw lemah dan pengikutnya masih sedikit sementara golongan kafir dan musyrikin menguasai masyarakat. Namun keteguhan prinsip ini tertanam dalam iman dan keyakinan dengan kerelaan menanggung segala konsekwensinya.
Keyakinan dan keteguhan inilah yang membentuk sikap hidup dengan dakwah menyeru kepada Dinullah sebagai jalannya. Jalan dakwah ini dipelopori oleh para Anbiya’ ‘alaihimus salam yang menyeru manusia kepada subul-as-Salam (jalan kebahagiaan), menunjukkan manusia kepada jalan yang lurus (sirat-al-Mustaqim), sehingga manusia menerima seruan Allah dan Rasul-N Dakwah berawal dari hati yang sadar bahwa inilah jalan yang harus ditempuh, yaitu untuk menyeru manusia kepada Allah sehingga mereka mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW.
Jalan dakwah ini sebagaimana yang dipahami oleh Asysyahid Hasan al-Banna merupakan jalan yang sangat panjang dan berliku, dan tidak ada pilihan selain jalan ini yang dapat ditempuh untuk membangun kejayaan ummat.
Dakwah menuju jalan Allah ini merupakan tugas para rasul dan seluruh pengikut mereka (“aku dan orang-orang yang mengikutiku”}dengan tujuan untuk mengeluarkan manusia dari zulumat menuju nur (cahaya), dari kekufuran menuju keimanan, dari kemusyrikan menuju ketauhidan dari neraka menuju surgaNya. Aktivitas dakwah sebagai jalan yang harus ditempuh ini benar-benar berdasarkan hujjah yang nyata dan keyakinan yang benar.
‘ala bashirotin adalah hujjah, berupa ‘ilmu’ yang mesti dipersiapkan oleh pengikut ‘jalan ini’agar mereka mampu memberi penjelasan dan keterangan yang sejelas-jelasnya bagi orang-orang yang siap membantahnya dengan kebatilan.
Orang-orang yang mengikuti jalan dakwah ini senantiasa mensucikan Allah ‘Subhanallah’ dan dengan tegas menyatakan dengan sikap dan I’tiqad yang sungguh-sungguh bahwa mereka bukanlah orang-orang yang mensekutukanNya (‘dan aku tidaklah termasuk orang yang musyrik’).
Mustafa Masyur menjelaskan bahwa “jalan dakwah adalah jalan yang satu. Di atas jalan inilah Rasulullah saw dan para sahabat Baginda ra. berjalan. Demikian juga kita dan para pendukung dakwah berjalan dengan taufik dari Allah swt. Kita dan mereka berjalan berbekalkan dengan iman, amal, mahabbah (kasih sayang), dan ukhuwah (persaudaraan). Rasulullah saw menyeru mereka kepada iman dan amal, kemudian menyatupadukan hati-hati mereka di atas dasar cinta dan ukhuwah. Berpadulah kekuatan iman dan kekuatan aqidah dengan kekuatan persatuan. Jadilah jemaah mereka jemaah contoh teladan. Kalimahnya mesti lahir dan dakwahnya mesti menang walaupun ditentang oleh semua penghuni muka bumi ini"
Modal dasar untuk pencapaian tujuan dengan dakwah sebagai jalannya memerlukan 3 syarat sebagaimana Asysyahid Imam Hasan al-Banna katakan (berdasarkan ayat diatas):
1- Ana (hazihi sabili ana wa manittaba’ani), yaitu pemimpin
Dalam meniti dakwah ini memerlukan seorang pemimpin dan Nabi Muhammad saw merupakan penghulu para nabi sekaligus penutup masa kenabian yang merupakan pemimpin dakwah pertama bagi umat yang terakhir ini. Allah mengutusnya sebagai rahmat bagi segenap alam, membawa berita gembira dan ancaman, Ia adalah pemimpin dakwah menyeru kejalan Allah. Ia memulai dakwahnya dengan pemahaman kalimah “La ilaha Illallah, Muhammadur Rasulullah”.
Setelah beliau dakwah inipun memerlukan pemimpin- pemimpin lainnya sebagai penyambung risalah Muhammad saw yang kuat dan terpercaya yang dapat memimpin dan mengarahkan serta memberikan teladan kepada orang-orang yang menjadi pengikutnya, ia mesti memiliki kegigihan dalam memperjuangkan cita-cita, tidak mudah menyerah, tidak berputus asa dari mengharap pertolongan Allah, sekalipun dakwah itu memakan waktu yang panjang, ia mesti menghambil qudwah dari Muhammad saw dalam menghadapi tantangan hebat dari kaum kuffar.
2- Pendukung yang beriman/jamaah (wamanittaba’ani)
3- Manhaj yang benar (‘ala basshirotin)
Menyeru umat pada kalimat Tauhidullah tidak bisa dilakukan tanpa program dan tanpa manhaj yang jelas. Oleh karena itu untuk pekerjaan besar ini memerlukan manhaj yang terdapat dalam al-Quran, Sunnah dan hukum-hukum Islam.
Dalam ayat ini Allah s.w.t. memberi petunjuk kepada hamba-hambaNya bagaimana cara berda'wah mengajak manusia kembali kepada agama ang haq (benar). Orang yang berda'wah hendaknya mengerti dan mengetahui benar apa yang dida'wahkannya, serta yakin akan kebenarannya.
Hal ini merupakan syarat mutlak di dalam da'wah.

Dalam ayat ini tegas ditunjukkan bahwa da'i hendaknya menunjukkan dengan jelas arah yang seharusnya ditempuh oleh mad'u 'alaihi yang membawa kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
oleh da'i. Orang yang telah yakin akan kebenaran petunjuk itu, wajib mempertahankan keyakinannya untuk menyebarluaskan ajaran itu. Hal ini hanya dapat dilaksanakan oleh orang-orang yang mengerti, kaum ulama yang telah mendalami isi petunjuk itu.
Yang dimaksud dengan ulama, ialah orang-orang yang tidak keluar dari Alquran dan sunnah Rasul serta mengamalkan petunjuk itu.
Mereka inilah terutama yang wajib menyebarluaskan petunjuk itu, karena mereka telah dapat berjalan menurut petunjuk Allah.

Selanjutnya diperintahkan pula agar orang-orang yang mengajak pada jalan Allah menyatakan dengan tegas bahwa Allah Maha Suci dari
Syirik, tiada sekutu bagiNya. Hendaknya benar-benar bersikap dan ber itiqad mengEsakan Allah dengan menunjukkan dalil yang jelas. Perbuat
an seperti ini adalah jalan yang ditunjukkan para Rasul, dan para Rasul ini diutus untuk keperluan itu


Read More..

KADERISASI KAMMI KOMISARIAT SOEDIRMAN PRESENT PART II

Kamis, 18 November 2010
Read More..

TRAINING JURNALISTIK KAMMI KOMISARIAT SOEDIRMAN FROM HUMAS KAMMI SOEDIRMAN PRESENT

Read More..

KAMMI Perlu Jalan Baru Gerakan

Minggu, 14 November 2010
Gerakan Mahasiswa 2010 seakan terlelap dalam hingar bingar politik Indonesia. Publik sesekali mendengar interupsinya pada beberapa diskursus. Sayangnya, interupsi berupa unjuk rasa itu tidak menampakkan bahwa mereka memahami permasalahan.

Penyikapan pada kasus TDL dan ledakan tabung gas misalnya. Gerakan mahasiswa terkesan abai. Seolah, pemerintah sudah bekerja pada tracknya.

Ketua Departemen Kajian Strategis KAMMI Pusat Amin Sudarsono menilai, gerakan mahasiswa saat ini terbuai pada permainan elite. Sebab, tidak mendekat dan membersamai grassroot.

Amin mengaku kecewa, tidak ada kesadaran kolektif bergerak ke grassroot. Malah, lebih tertarik mendekat pada elite. Kalaupun berdialektika, justru berdiskursus pada wacana melangit.

“KAMMI mestinya turun ke grassroot, kembali ke akar, yaitu rakyat, para pekerja, rakyat miskin dan marjinal,” ujar Amin dalam diskusi di Radja Ketjil, Tebet Barat, Jakarta Selatan, Rabu malam (21/7).

Menurut dia, rakyat kecil-lah pemegang kedaulatan negeri ini. Meskipun pada praktiknya kartel dinasti elit politik lebih mendominasi arah kebijakan pemerintah.

“Gejala kartel dinasti dalam sistem Indonesia harus disiasati gerakan mahasiswa dengan membentuk kartel rakyat,” ujarnya.

Bukankah itu antitesis Muslim Negarawan yang mengacu pada mobilitas vertikal kader? “Bukan antitesis tapi jalan baru gerakan. Negarawan organik. tidak terkontaminasi unsur-unsur kimia kapitalisme dan sosialisme. Pupuknya rakyat yang natural,” ujar penulis buku Ijtihad Membangun Basis Gerakan itu.

Meski duduk di jajaran pimpinan pusat saat ini, kata Amin, dirinya tidak leluasa mendesakkan ide tersebut menjadi kebijakan. Dia berijtihad: kunci menyukseskan agenda itu melalui even Muktamar Aceh besok.

Ide Amin mendapat apresiasi Peneliti Center on Asia and Globalisation, Starr Levesque. Menurut Starr, komunitas-komunitas disekitar korporasi besar perlu dibersamai. Mereka rawan masalah sosial karena tempat tinggal beralih menjadi industri sementara dirinya tidak terlibat sentral.

Starr mengaku iri pada keterbukaan di Indonesia. Sebab itu, harus dimanfaatkan optimal. “Singapura negara kecil yang makmur tapi otoriter,” ujar mahasiswa Lee Kuan Yew School of Public Policy Singapura itu.

Eksponen aktivis 80-an juga mendukung ide Amin membawa gerakan mahasiswa menjadi gerakan intelektual organik. Pegiat pendamping sosial, Widi Heriyanto, mengatakan basis rakyat di pesantren dan komunitas-komunitas marginal-lah yang menjadi target perubahan riil.

“Kalau bersaing di level elit pasti kalah dengan alumni luar. Sementara KAMMI punya basis yang selama ini diabaikan, basis pesantren, komunitas. Ingat, perubahan riil di mereka,” ujar alumnus Universitas Padjajaran itu.

Dia mencontohkan, ketika UU Keterbukaan Informasi Publik lahir, rakyat kecil tidak langsung tahu. Padahal, saat informasi sangat vital. Kesulitan-kesulitan berhubungan dengan birokrasi seringkali karena ketidaktahuan akan informasi yang benar.

“Bagaimana dari informasi menjadi nasi, kalau tidak didampingi tidak bisa,” ujar murid Frans Magnis Suseno dan Roem Topatimasang itu.

Diskusi hangat itu berakhir hingga larut malam. Diiringi alunan suara keroncong Grace Simon, biduanita 80-an, rombongan beranjak meninggalkan bilangan Tebet.


Oleh:
Suryanta Bakti
Jurnalis dan Mantan Pengurus KAMII Pusat Read More..

Khutbah Idul Adha 1431 H: Jalan Kebangkitan Dan Kepemimpinan Itu Adalah Bekerja Dan Berkorban

Khutbah Idul Adha 1431 H: Jalan Kebangkitan Dan Kepemimpinan Itu Adalah Bekerja Dan Berkorban
Khutbah Idul Adha
12/11/2010 05 Zulhijjah 1431 H
Oleh: Muhammad Anis Matta, Lc.


السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
الحمد لله الذي فرض الجهاد على المسلمين.. و جعله مناط عزهم و رفعهم..
اشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له.. و اشهد أن محمدا عبده و رسوله المبعوث رحمة للعالمين..
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم.. الذي أدى الأمانة.. و بلغ الرسالة.. و نصح الأمة.. و جاهد فى الله حق جهاده.. و على آل بيته الأطهار.. وأصحابه الأبرار.. الذين آمنوا به.. و صدقوا بما جاء به.. و ساروا على نهجه.. و اقتدوا بسنته.. و على من جاء ممن بعد هم من التابعين و تابعيهم.. و على كل من سار على نهجهم إلى يوم الدين..
فيا معاشر المسلمين.. أوصيكم و اياى نفسى الخاطئة المذنبة بتقوى الله.. فقد فاز المتقون.. وإن العاقبة للمتقين..
ALLAHU AKBAR 3x


Ilustrasi (allthingscalifornian.com)
dakwatuna.com – Pagi ini memori sejarah kita membuka dirinya kembali, membawa kita pada kenangan ribuan tahun lalu. Pagi ini kita kenang lagi manusia-manusia agung yang telah menciptakan arus terbesar dalam sejarah manusia, membentuk arah kehidupan kita, dan membuat kita semua berkumpul di lapangan besar ini untuk sholat dan berdoa bagi mereka. Pagi ini kita agungkan lagi nama-nama besar itu: Nabi Ibrahim dan istrinya Hajar, Nabi Ismail dan Nabi Muhammad saw.

Bayangkanlah bahwa lebih dari 4000 tahun lalu tiga manusia agung itu – Ibrahim, Hajar dan Ismail – berjalan kaki sejauh lebih dari 2000 km – atau sejauh Makassar Jakarta – dari negeri Syam – yang sekarang menjadi Syria, Palestina, Jordania dan Lebanon – menuju jazirah tandus – yang oleh Al Qur’an disebut sebagai lembah yang tak ditumbuhi tanaman apapun –.

Bayangkanlah bagaimana mereka memulai sebuah kehidupan baru tanpa siapa-siapa dan tanpa apa-apa.Bayangkanlah bagaimana mereka membangun ka’bah dan memulai peradaban baru. Bayangkanlah bagaimana 42 generasi dari anak cucu Ibrahim secara turun temurun hingga Nabi Muhammad saw. membawa agama Tauhid ini dan mengubah jazirah itu menjadi pusat dan pemimpin peradaban dunia.

Bayangkanlah bagaimana Ka’bah pada mulanya hanya ditawafi 3 manusia agung itu, kini setiap tahunnya ditawafi sekitar 5 juta manusia dari seluruh pelosok dunia yang melaksanakan ibadah haji – dan dalam beberapa tahun ke depan akan ditawafi sekitar 12 juta manusia setiap tahun, persis seperti doa Nabi Ibrahim:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ ..
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah membawa sebagian dari keturunanku untuk tinggal di sebuah lembah yang tak tertumbuhi tanaman apapun, di sisi rumahMu yang suci..Ya Tuhan kami, itu agar mereka mendirikan sholat.. maka penuhilah hati sebagian manusia dengan cinta pada mereka..” ( Surat Ibrahim: 37).

Bayangkanlah bagaimana jazirah yang tandus tak berpohon itu dihuni oleh hanya mereka bertiga dan kini berubah menjadi salah satu kawasan paling kaya dan makmur di muka bumi, persis seperti doa Ibrahim:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا آَمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ
“Dan ingatlah tatkala Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku jadikanlah negeri ini negeri yang aman, dan berilah rezeki kepada penduduknya berupa buah-buahan yang banyak..”(Surat Al Baqarah: 126)

Bayangkanlah bagaimana Nabi Ibrahim bermunajat agar lembah itu diberkahi dengan menurunkan seorang nabi yang melanjutkan pesan samawinya, dan kelak Nabi Muhammad saw menutup mata rantai kenabian di lembah itu, lalu kini – 1500 tahun kemudian – agama itu diikuti sekitar 1,6 sampai 1,9 milyar manusia muslim, persis seperti doa Ibrahim:

رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (Surat Al Baqarah 129)

Bayangkanlah bagaimana – dari sebuah kampung kecil di Irak bernama Azar – Nabi Ibrahim datang seorang diri membawa agama samawi ini, melalui dua garis keturunan keluarga; satu garis dari istrinya Sarah yang menurunkan Ishak, Ya’kub hingga Isa, dan satu garis dari istrinya Hajar yang menurunkan Ismail hingga Muhammad, dan kini setelah lebih dari 4 millenium agama samawi itu – Islam, Kristen dan Yahudi – dipeluk oleh lebih dari 4 milyar manusia.

وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam” (Surat Al Baqarah: 132).

ALLAHU AKBAR 3X

Pagi ini kita kenang lagi perjuangan 4 milenium lalu itu. Dan akan terus kita kenang hingga riwayat kehidupan berakhir saat kiamat datang kelak. Begitulah agar kesadaran sajarah kita tetap terjaga, bahwa;

Pertama, pertumbuhan adalah ciri agama.

Berbagai kerajaan, dinasti, rezim dan imperium datang silih berganti dalam sejarah manusia. Ia lahir, tumbuh besar, berjaya, lalu menua, melemah dan akhirnya mati. Tapi agama yang dibawa Ibrahim datang dan terus bertumbuh tanpa henti hingga kini. Tak ada kekuasaan – sezalim dan setiran apapun ia – yang sanggup menghentikan laju pertumbuhannya. Agama ini membangun kerajaan dalam hati dan pikiran manusia, bukan bangunan megah di atas tanah yang akan segera punah oleh waktu. Agama terus bertumbuh karena memberi arah bagi kehidupan manusia, mengakhiri pencarian akalnya akan kebenaran, kebaikan dan keindahan, serta memenuhi dahaga jiwanya akan cinta, ketenangan dan kebahagiaan. Lihatlah bagaimana doa-doa Nabi Ibrahim menjadi kenyataan satu per satu dan terus menerus sepanjang waktu. Nabi Ibrahim mengajarkan kita sunnatullah yang menjadi hukum sejarah sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an:

فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ
“Adapun buih itu pasti akan pergi sia-sia. Sedang yang bermanfaat bagi manusia akan bertahan di muka bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan”.(Surat Ar Ra’du: 17)

Kedua, agama adalah narasi terbesar dalam sejarah manusia.

Arus sejarah yang digerakkan oleh narasi Barat lahir dari ruh Kristiani. Sementara arus sejarah yang digerakkan narasi Timur lahir dari Islam. Jadi di Barat maupun di Timur agamalah yang membentuk semua peradaban besar yang pernah menghiasi lembar-lembar sejarah manusia. Dan selamanya akan terus begitu. Semua pemberontakan manusia untuk keluar dari jalan agama – seperti yang kita saksikan di abad yang lalu melalui gelombang sekularisme dan ateisme, baik atas nama ilmu pengetahuan atau atas nama yang lain – hanya akan berujung dengan kesia-siaan dan kesengsaraan. Lihatlah misalnya bagaimana perang dunia pertama dan kedua mengorbankan sekitar 94 juta nyawa manusia. Pemberontakan itu lahir dari keangkuhan manusia yang terlalu rapuh, disusun oleh akal yang terlalu sederhana untuk melawan kebenaran abadi yang dibawah oleh agama.

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ..
“Allah adalah cahaya langit dan bumi…”(An Nuur: 35 )

Ketiga, Islam adalah agama masa depan manusia.

Rasio pemeluk Islam adalah sekitar 1 orang Muslim untuk setiap 1000 penduduk bumi di zaman Nabi Muhammad saw. Kini angka itu berkembang menjadi 1 orang Muslim untuk setiap 5 orang penduduk bumi, termasuk sekitar 100 juta muslim yang menghuni benua Eropa dan sekitar 100 juta muslim yang menghuni China daratan.

Semua perang yang ditujukan untuk merusak citra agama ini – seperti label fundamentalisme dan terorisme – demi mencegah manusia memeluknya tidak akan sanggup mencegah pertumbuhan dan penyebarannya, bahkan di jantung sekularisme seperti Eropa dan Amerika.

Sementara itu semua sistem dan ideologi lain mulai bangkrut satu per satu seperti komunisme. Dan kini kapitalisme pun sedang menyusul secara perlahan dan pasti. Semua sistem dan ideologi itu tidak akan mampu memenuhi tuntutan dan dahaga manusia akan kebenaran, keadilan dan kebahagiaan. Dunia membutuhkan pencerahan baru, dan hanya Islamlah yang bisa membawa cahaya. Dunia membutuhkan sumber solusi, dan hanya Islamlah yang bisa menawarkan jalan keluar.

ليبلغن هذا الأمر ما بلغ الليل و النهار ..
“Urusan (agama) ini pasti akan menjangkau seluruh manusia, sepanjang siang dan malam menjangkau (seluruh pelosok bumi)”.

Keempat, bekerja dan berkorban adalah tradisi kebangkitan dan kepemimpinan.

Bekerja itu seperti menanam pohon. Berkorban itu adalah pupuk yang mempercepat pertumbuhannya. Kita mengenang Nabi Ibrahim hari ini karena ia hanya bekerja menabur kebajikan di ladang hati manusia. Tanpa henti. Kita mengenang Nabi Ibrahim hari ini karena pengorbanannya yang tidak terbatas.

Makna hidup kita – baik sebagai individu maupun sebagai umat dan bangsa – terletak pada kerja keras dan pengorbanan tanpa henti dalam menebar kebajikan bagi kemanusiaan. Bekerja adalah simbol keberdayaan dan kekuatan. Berkorban adalah simbol cinta dan kejujuran. Itu nilai yang menjelaskan mengapa bangsa-bangsa bisa bangkit dan para pemimpin bisa memimpin. Hanya mereka yang mau bekerja dalam diam yang panjang, dan terus menerus berkorban dengan cinta, yang akan bangkit dan memimpin. Itulah jalan kebangkitan. Itulah jalan kepemimpinan. Itu nilai yang menjelaskan mengapa Islam – di masa lalu – bangkit dan memimpin peradaban manusia selama lebih dari 1000 tahun. Dan itu jugalah jalan kebangkitan kita kembali: bekerja keras dan berkorban tanpa henti. Dengarlah firman Allah swt:

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan katakanlah (hai Muhammad), bekerjalah kalian, nanti Allah yang akan menyaksikan amal kalian, beserta RasulNya dan orang-orang yang beriman”. (Surat At Taubah:105)

ALLAHU AKBAR 3X

Hari ini – sebagaimana kita mengenang manusia-manusia agung itu; Nabi Ibrahim dan istrinya Hajar, Nabi Ismail dan Nabi Muhammad saw – kita juga mendengar rintihan hati umat manusia dari berbagai pelosok dunia. Di belahan dunia Islam ada rintihan anak-anak Palestina, Irak, Afganistan, Sudan, dan Khashmir yang membutuhkan solidaritas dan bantuan kita untuk membebaskan mereka dari kezaliman dan penjajahan. Bahkan bumi pertiwi sedang berduka. Hampir setiap saat, kita dikagetkan dengan berbagai macam bencana dan musibah, tak ada ujungnya. Bencana ada di sekitar kita, lebih-lebih di bulan ini, mulai dari banjir lumpur Warior, tsunami Mentawai dan gunung Merapi, bahkan gempa bumi setiap hari. Ratusan jiwa meninggal.

Sementara di belahan dunia lainnya, ada milyaran jiwa manusia yang hidup dalam kehampaan dan juga menanti para pembawa cahaya kebenaran untuk menyelematkan dan mengeluarkan mereka dari himpitan hidup yang pengap kedalam rengkuhan cahaya Islam yang penuh rahmat. Tangis hati para korban kezaliman di Dunia Islam dan rintihan jiwa para pencari kebenaran di Dunia Barat sama-sama menantikan kehadiran kepemimpinan baru yang datang membawa cahaya kebenaran, cinta bagi kemanusiaan, tekad untuk bekerja keras serta kemurahan hati untuk terus berkorban.

Marilah kita bangkit membebaskan diri kita dari keserakahan dan kebakhilan, kesedihan dan ketakutan, kelemahan dan ketidakberdayaan, egoisme dan perpecahan. Marilah kita bangkit dengan semangat kerja keras dan pengorbanan tanpa henti, melupakan masalah-masalah kecil dan memikirkan serta merebut peluang-peluang besar bagi kejayaan umat dan bangsa kita. Marilah kita bangkit dengan kepercayaan penuh bahwa Islam adalah masa depan manusia dan bahwa masa depan adalah milik Islam. Marilah kita bangkit dengan semangat dan keyakinan penuh bahwa kita bisa memimpin umat manusia kembali jika kita mau bekerja keras dan berkorban demi cita-cita besar kita.

ALLAHU AKBAR 3X Read More..

Teks Khutbah Idul Adha 1431 H (H. Ferry Nur S.Si)

Teks Khutbah Idul Adha 1431 H (H. Ferry Nur S.Si)

Oleh H. Ferry Nur S.Si



HAJI DAN PEMBINAAN UMMAT
Oleh: H. Ferry Nur S.Si
Ketua KISPA (Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina)
Website: www.kispa.org, Email: ferryn2006@yahoo.co.id,
HP: 085578009850

Khutbah Idul Adha
Selasa, 10 Dzulhijjah 1431H / 16 November 2010 M
Di Masjid Al Falah, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat.

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Berbahagia.

Segala puja dan puji untuk Allah, Tuhan yang Maha Kuasa, Pemilik alam semesta yang telah memberikan nikmat yang banyak kepada kita, yang tidak akan mampu kita menghitungnya, mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut penuh dengan nikmat, belum lagi organ-organ yang ada dalam tubuh kita, semuanya menegaskan tentang nikmat dari Allah swt.

وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
”dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim [14] : 34).

Dengan ni’mat Allah kita dapat berkumpul di tempat ini untuk beribadah kepada Allah saja, memuji, mengagungkan, dan membesarkan nama-Nya.

Shalawat beriring salam semoga tercurah selalu untuk Rasulullah saw, beserta keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang istiqamah di jalan-Nya hingga akhir zaman nanti.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.

Jamaah Shalat Idul Adha Yang Berbahagia.

Pada tanggal 9 Dzulhijjah saudara-saudara kita dari berbagai macam negara, bangsa dan suku termasuk dari Indonesia, berkumpul menjadi satu di suatu tempat yang bernama padang Arafah untuk melakukan wukuf, mereka berkumpul di padang Arafah untuk mendekatkan diri kepada-Nya, bertaubat, berdoa dan memuji Allah swt, serta melakukan perenungan terhadap perjalanan hidup yang sudah dilalui dan yang akan di lalui.

Dan bagi mereka yang tidak berada di padang Arafah di sunnahkan untuk berpuasa Arafah, karena puasa Arafah memiliki keutamaan yang sangat besar.

Dari Abu Qatadah ra, dia berkata: Rasulullah saw ditanya tentang puasa Arafah, beliau bersabda, ”Menghapus dosa setahun yang lalu dan yang akan datang.” (HR. Muslim dan empat imam pemilik kitab As Sunan).

Beruntunglah mereka yang ketika saudaranya melaksanankan ibadah haji di tanah suci, sedang wukuf di padang Arafah, dapat melakukan Puasa Arafah di tanah air, semoga Allah mengampuni segala dosa dan kesalahan mereka yang telah melaksanakan puasa Arafah, dan kita termasuk di dalamnya. Amin Ya Rabbal ’alamin.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.

Jamaah Shalat Idul Adha Yang Berbahagia.

Haji merupakan rukun Islam yang kelima, syariat Islam yang paling Agung. Pelaksanaan haji fardhu (wajib) bagi setiap Muslim yang mukallaf dan mampu, satu kali sepanjang hidup dan selebihnya dihukumkan sebagai sunnah. Orang yang mengingkari kewajiban haji adalah kafir.

فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَّقَامُ إِبْرَاهِيمَ ۖ وَمَن دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا ۗ وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
”Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali-Imran [3] : 97).

Rasulullah saw bersabda yang artinya:

”Wahai segenap manusia, sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepada kalian haji, maka tunaikanlah.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.

Jamaah Shalat Idul Adha Yang Berbahagia.

Hari ini, 10 Dzulhijjah 1431H, umat Islam dari berbagai negara, suku, bangsa, termasuk saudara-saudara kita dari Jalur Gaza, Palestina, negeri yang saat ini masih di blokade Zionis Israel dan antek-anteknya, dengan izin Allah, jama’ah haji dari Jalur Gaza berjumlah 3.730 orang berkumpul dalam keadaan kebersamaan dengan kaum muslimin lainnya untuk melaksanakan ibadah haji di tanah suci, mereka beribadah, mengagungkan Allah, membesarkan Allah, memuji Allah, melaksanakan perintah Allah dalam rangka mencari ridha-Nya.

Mereka dalam keadaan ihram, berpakaian putih-putih, bagi laki-laki hanya mengenakan dua lembar kain putih tanpa boleh mengenakan pakaian yang berjahit, tidak boleh menggunakan minyak wangi, tidak boleh menggunting kuku dan ada beberapa larangan dari Allah yang harus diperhatikan dengan seksama, selain itu jama’ah haji dengan suara lantang mengucapkan kalimat talbiyah:

Labbaik Allahumma Labaik, Labbaik La Syarika laka Labbaik. Innal hamda, wanni’mata, laka mulk, La syarikalak.

”Aku datang memenuhi panggilan-Mu Ya Allah, Aku penuhi panggilanMu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, Aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan ni’mat untuk-Mu semata. Segenap kerajaan untuk-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu.”

Dalam pelaksanaan ibadah haji ada perintah dan larangan yang harus diperhatikan oleh setiap jama’ah haji yang ingin hajinya bernilai mabrur di sisi Allah swt. Adanya perintah dan larangan tersebut merupakan bagian dari Tarbiyah Rabbani, yaitu pembinaan yang langsung diberikan dan ditetapkan oleh Penguasa alam semesta, Allah swt.

Waktu pelaksanaan haji yang menentukan Allah, tempat pelaksanaan haji yang menentukan Allah, agenda dan kegiatan acara haji juga Allah yang menentukan, dan yang menentukan hasilnya, apakah jama’ah haji mendapat haji yang mabrur atau ditolak juga Allah.

Dan bagi mereka yang sudah menunaikan ibadah haji atau yang belum menunaikan ibadah haji, maka perintah dan larangan Allah itu harus dijadikan pelajaran yang sangat berharga!

Diantara larangan Allah swt yang harus diperhatikan oleh mereka yang sedang menunaikan ibadah haji, khususnya bagi mereka yang sedang ihram, dan juga bagi mereka yang sudah menunaikan ibadah haji agar dapat diingat kembali, larangan Allah tersebut di dalam Al Qur’an adalah:

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ ۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat Fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah [2] : 197).

Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.

Jamaah Shalat Idul Adha Yang Berbahagia.

Dari ayat di atas, kita mendapat pelajaran bahwa ada tiga larangan bagi mereka yang sedang melaksanakan ibadah haji, yaitu:

Pertama, tidak boleh rafats.

Rafats artinya mengeluarkan perkataan yang menimbulkan berahi yang tidak senonoh atau bersetubuh. Disebut juga cabul atau porno.

Bagi orang yang melaksanakan haji harus memiliki sikap yang tegas terhadap perbuatan rafats, cabul atau porno. Perbuatan rafats, cabul atau porno harus ditolak. Tidak boleh dikerjakan, mendukungnya atau mengizinkannya. Karena perbuatan rafats, cabul atau porno merupakan pintu gerbang dari perzinahan, padahal Allah swt sudah mengingatkan melalui firman-Nya yang mulia agar setiap hamba-Nya menjahui perzinahan.

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
”dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (QS: Al-Isra’ [17] : 32)

Kedua, tidak boleh fasik.

Fasik adalah prilaku orang munafik, tahu akan hukum Islam, tahu aturan Allah, tetapi tidak ada pembelaan untuk tegaknya hukum dan aturan Allah di muka bumi dengan sempurna. Orang munafik akan melaksanakan hukum Allah jika ada keuntungan materi di dalamnya, jika ada uangnya, UUD (Ujung- Ujungnya Duit) ! .

Akan tetapi jika tidak ada keuntungan materi didalamnya walaupun hukum Allah memberikan jaminan bagi terciptanya keamanan, keadilan dan kesejahteraan, mereka tetap akan menolaknya.

Orang munafik tahu yang halal dan haram, bahkan tahu juga yang syubhat (yang samar-samar). Tetapi dalam kehidupannya, aktifitasnya, pekerjaannya, jangankan yang syubhat, yang sudah jelas haram tetap juga dikerjakan atau diambilnya.

Ketiga, berbantah-bantahan.

Orang yang sedang melaksanakan ibadah haji dilarang berbantah-bantah, debat kusir, apalagi berlanjut sampai terjadi perkelahian dan pukul-pukulan.

Orang yang sedang beribadah haji dilatih untuk sabar, berlapang dada dalam mensikapi perbedaan, tidak boleh merasa menang sendiri, yang lain dianggap salah atau sesat. Selama ada rujukan dan dalil dari Al Qur’an dan sunnah Rasulullah saw seharusnya kita dapat menerima perbedaan tersebut.

Orang yang sedang melaksanakan ibadah haji tidak boleh bermental seperti katak dalam tempurung, merasa benar sendiri, merasa hebat. Kearifan dan kebijakan seseorang diuji di tanah suci dalam pelaksanaan ibadah haji yang sedang di kerjakan, begitu juga setelah kembali ke tanah air.


وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
”Dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal [8] : 46).

Semoga pelajaran dari ibadah haji dapat kita pahami dengan baik, khususnya bagi mereka yang pernah ke tanah suci, hendaknya setiap jama’ah haji mampu menjadi teladan di lingkungannya, baik lingkungan di rumah tangga, lingkungan masyarakat, lingkungan tempat bekerja maupun lingkungan dalam mengelola negara.

Sangat rugi dan hina, apabila seseorang yang telah ke tanah suci, melaksanakan haji, pernah melakukan tawaf, sai, wukuf di Arafah, melontar jumrah di Mina, tahalul, tetapi ketika di tanah air, prilaku buruknya tidak berubah. Yang biasa mabuk masih tetap mabuk, yang biasa berjudi masih tetap berjudi, yang biasa berzina masih tetap berzina, yang biasa menipu umat dan rakyat masih tetap menipu umat dan rakyat, yang biasa korupsi masih tetap saja korupsi bahkan makin canggih cara dan pola korupsinya agar dapat terhindar dari delik hukum, lebih takut kepada KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dibanding takut kepada Allah Yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui.

Kepedulian dan keberpihakan kepada umat sudah luntur, tidak ada semangat dan perjuangan untuk membebaskan kota suci Al Quds yang di dalamnya ada masjid Al Aqsha, membiarkan saudaranya di Jalur Gaza di blokade zionis Israel dan antek-anteknya, yang tahun ini memasuki tahun ke lima, tidak tergugah jiwa dan perasaannya untuk membantu saudaranya yang sedang menderita akibat bencana, seperti korban di Wasior, korban gempa dan tsunami di Mentawai, korban letusan gunung Merapi di Yogyakarta dan Jawa tengah.

Allahu Akbar 3X Walillahilhamd.

Jamaah Shalat Idul Adha Yang Berbahagia.

Semoga khutbah yang di sampaikan mendapat tempat di hati kita, dan dapat dipahami dengan baik, terakhir marilah kita tundukkan wajah kita, kita tundukkan hati kita, kita bermohon dan meminta hanya kepada Allah yang Maha Mengabulkan setiap permohonan hamba-Nya.


إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
”Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab [33] : 56)

Ya Allah Yang Maha Kuasa, Pemilik alam semesta, Tuhan yang tidak pernah mengantuk dan tidak pernah Tidur, segala Puja dan Puji untuk Mu, kami hanya memohon dan
meminta hanya kepada-Mu.

Ya Allah, sampaikan salam dan shalawat kami untuk Rasulullah pemimpin kami, Nabi Muhammad saw, beserta keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya yang cinta kepada sunnahnya hingga akhir zaman.

Ya Allah ampuni segala dosa dan kesalahan kami, dosa kedua orang tua kami, dosa mertua kami, dosa guru-guru kami, dosa keluarga kami, dosa tetangga kami, dosa orang-orang yang telah berbuat baik kepada kami, kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, yang hidup ataupun yang sudah meninggal dunia.

Ya Allah, Engkau Maha mengetahui bahwa negeri kami banyak ditimpa bencana, lindungi kami, keluarga kami dari berbagai macam bencana, dari syaitan yang terkutuk, pandangan mata yang jahat dan binatang melata yang membunuh.

Ya Allah, jadikanlah berbagai macam bencana yang menimpa negeri ini sebagai peringatan untuk menyadarkan kekhilafan kami, menyadarkan pemimpin dan pejabat di negeri ini atas kelalaian menjalankan amanah dan ajaran-Mu.

Ya Allah, jadikanlah berbagai bencana yang melanda negeri ini sebagai kafarat/penghapus atas segala dosa dan kesalahan yang telah kami perbuat, dan jadikanlah mereka yang mati karena terbakar, tertimpa reruntuhan, tertimbun, atau hanyut di bawa
air bah sebagai hamba-Mu yang mati syahid.

Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami di Jalur Gaza, Palestina dan bantulah mereka dalam berjuang, berilah kekuatan dan kesabaran kepadanya dalam membebaskan masjid Al Aqsha.

Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami, kaum muslimin di Irak, Afghanistan, Kashmir, Somalia, Cechnya, Moro, Patani, dan di tempat lainnya dimana nama-Mu dikumandangkan.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَشْكُوْرً وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا
Ya Allah, jadikanlah haji mereka haji yang mabrur, sa’i yang disyukuri, dosa yang diampuni, perniagaan yang tidak merugi

رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.

Walhamdulillahirabbil ‘alamin. Read More..

Jadilah Kitab walaupun tanpa Judul

Kamis, 11 November 2010
Jadilah Kitab Walau Tanpa Judul
Pepatah dalam bahasa Arab itu menyiratkan makna yang dalam, terutama menyangkut kondisi bangsa saat ini yang sarat konflik perebutan kekuasaan dan pengabaian amanah oleh pemimpin-pemimpin yang tidak menebar manfaat dengan jabatan dan otoritas yang dimilikinya. Bangsa ini telah kehilangan ruuhul jundiyah, yakni jiwa ksatria. Jundiyah adalah karakter keprajuritan yang di dalamnya terkandung jiwa ksatria sebagaimana diwariskan pejuang dan ulama bangsa ini saat perjuangan kemerdekaan.

Semangat perjuangan (hamasah jundiyah) adalah semangat untuk berperan dan bukan semangat untuk mengejar jabatan, posisi, dan gelar-gelar duniawi lainnya (hamasah manshabiyah). Saat ini, jiwa ksatria itu makin menghilang. Sebaliknya, muncul jiwa-jiwa kerdil dan pengecut yang menginginkan otoritas, kekuasaan, dan jabatan, tetapi tidak mau bertanggung jawab, apalagi berkurban. Yang terjadi adalah perebutan jabatan, baik di partai politik, ormas, maupun pemerintahan. Orang berlomba-lomba mengikuti persaingan untuk mendapatkan jabatan, bahkan dengan menghalalkan segala cara. Akibatnya, di negeri ini banyak orang memiliki "judul", baik judul akademis, judul keagamaan, judul kemiliteran, maupun judul birokratis, yang tanpa makna. Ada judulnya, tetapi tanpa substansi, tanpa isi, dan tanpa roh.

Padahal, ada kisah-kisah indah dan heroik berbagai bangsa di dunia. Misalnya, dalam Sirah Shahabah, disebutkan bahwa Said bin Zaid pernah menolak amanah menjadi gubernur di Himsh (Syria). Hal ini membuat Umar bin Khattab RA mencengkeram leher gamisnya seraya menghardiknya, "Celaka kau, Said! Kau berikan beban yang berat di pundakku dan kau menolak membantuku." Baru kemudian, dengan berat hati, Said bin Zaid mau menjadi gubernur.

Ada lagi kisah lain, yaitu Umar bin Khattab memberhentikan Khalid bin Walid pada saat memimpin perang. Hal ini dilakukan untuk menghentikan pengultusan kepada sosok panglima yang selalu berhasil memenangkan pertempuran ini. Khalid menerimanya dengan ikhlas. Dengan singkat, ia berujar, "Aku berperang karena Allah dan bukan karena Umar atau jabatanku sebagai panglima." Ia pun tetap berperang sebagai seorang prajurit biasa. Khalid dicopot "judul"-nya sebagai panglima perang. Namun, ia tetap membuat "kitab" dan membantu menorehkan kemenangan.

Ibrah yang bisa dipetik dari kisah-kisah tersebut adalah janganlah menjadi judul tanpa kitab; memiliki pangkat, tetapi tidak menuai manfaat. Maka, ruuhul jundiyah atau jiwa ksatria yang penuh pengorbanan harus dihadirkan kembali di tengah bangsa ini sehingga tidak timbul hubbul manaashib, yaitu cinta kepada kepangkatan, jabatan-jabatan, bahkan munafasah 'alal manashib, berlomba-lomba untuk meraih jabatan-jabatan. Semoga.

KH. Hilmy Aminuddin Read More..