TARBIYAH , pelita DAKWAH (dibuat dalam rangka memenuhi tugas membuat artikel)

Rabu, 05 Januari 2011
TARBIYAH, pelita DAKWAH

Tarbiyah. Aku tak mengerti apa itu tarbiyah. Karena aku bukan lah orang yang tertarbiyah. Tapi Bukan itu. Dulu kakak kelasku pernah bilang, bahwa tarbiyah adalah pendidikan. Ketika aku mengatakan bahwa diriku belum atau bukan orang yang tertarbiyah, berarti aku mengatakan bahwa aku bukan orang berpendidikan, iya kan? Tidak! Aku orang yang terdidik. Kedua orangtuaku telah mendidikku sejak aku keluar dari rahim Ibuku.. Aku orang yang terdidik. Tigabelas tahun sudah aku mengenyam bangku pendidikan formal. Mungkin bahasa kerennya bangku tarbiyah formal. Tiga belas tahun aku mengenyam tarbiyah yang bersifat fardhu kifayah secara formal. Oh, mengapa baru tersadar akhir-akhir ini. Seringkali aku mengutamakan tarbiyah yang bersifat fardhu kifayah ketimbang tarbiyah yang bersifat fardhu ‘ain. Astaghfirullaaah.. Apalagi aku, yang notabene seorang aktivis dakwah *(sejujurnya untuk saat ini aku sangat tidak mau disebut sebagai seorang aktivis dakwah. Karena aku bukan siapa-siapa. Aku bukan orang yang memiliki ilmu yang cukup untuk bisa berdakwah. Meski dakwah (amal) itu berjalan beriringan dengan tholabul ‘ilmi (ilmu). Tapi, tetap saja, aku tak sanggup jika harus dikatakan sebagai seorang aktivis dakwah. Begitu berat. Ketika masa hidup, seorang Syaikhut Tarbiyah, KH.Rahmat Abdullah pernah berkata, “…Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tidak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih bahwa engkau adalah seorang yang shaleh, alim, abid, lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.” Sangat dalem, menusuk kalbu.)
Tak sanggup aku berkata panjang lebar tentang tarbiyah. Karena memang aku adalah orang baru di dunia tarbiyah yang fardhu ‘ain ini. Yang jelas, kini aku berkecimpung di dunia dakwah. Aku memiliki visi untuk memperbaiki moral ummat. Sulit memang. Karena ketika kita ingin memperbaiki moral orang lain, maka kita harus bisa menyempurnakan moral kita terlebih dahulu. Hmm, mungkin bahasanya bukan menyempurnakan, tapi membuat moral atau sikap kita, limit menuju sempurna. Karena makhluk yang bermoral sempurna hanyalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.. Ketika berkecimpung di dunia dakwah, maka kunci utama memang tarbiyah. Tarbiyah tentang apa yang pertama? Ya tentang aqidah. Pondasi utama kepribadian seorang muslim. Telah kita ketahui, bahwa tegaknya ummat ini tergantung aqidahnya. Tegaknya aqidah itu bergantung dari dakwahnya. Dan tegaknya dakwah bergantung dari tarbiyahnya. Tiga kata yang masing-masing merupakan diferensial dari yang lainnya. Aqidah, Dakwah, dan Tarbiyah. Bahkan, ada seorang tokoh yang mengatakan bahwa, “Dakwah dan tarbiyah adalah sebuah keniscayaan dalam situasi dan kondisi apa pun dan bagaimanapun.” Subhanallah.. begitu pentingnya tarbiyah dan dakwah..

Tarbiyah.. sebuah kata kerja.. yang harus terus digelorakan semangatnya di kalangan kader. Jangan sampai ada kemalasan atau kemerosotan tarbiyah. Kemalasan tarbiyah adalah masalah besar bagi sejarah ummat dalam pergerakan dakwah. Seluruh aktivitas dakwah pasti akan terasa sangat hampa dengan kemalasan tarbiyah. Tarbiyah adalah fondasi. Sebuah fondasi yang sangat vital untuk bisa mewujudkan bangunan peradaban ummat islam. Bagaimana mungkin peradaban ummat islam bisa dibangun tanpa kader yang tertarbiyah? Ketika semangat tarbiyah hilang, disinilah puncak permasalahan. Kemalasan tarbiyah bisa menyebabkan kita tergeser, menjadi generasi yang tergantikan. Kakak kelas saya (lagi) pernah bilang, “ketika kita tidak disibukkan oleh agenda tarbiyah, maka kita akan disibukkan oleh agenda main-main, yang sama sekali tak berguna”. Na’udzubillah. Jangan sampai kita menjadi generasi yang tergantikan, seperti yang Allah bilang dalam surat Muhammad ayat 38 “dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu ini.” Na’udzubillahi mindzalik.. memang, kefuturan memang satu hal yang pasti akan ada. Dan menjaga keistiqomahan, memang sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan. Tapi, disinilah letak perjuangan. Ketika kita melawan kefuturan. Kembali kepada semangat bertarbiyah.

Tarbiyah sangatlah penting.. sekali lagi saya katakan demikian.. tarbiyah penting ketika dilihat dari segi keikhlasan dan profesionalisme. Dengan tarbiyah lah, akan muncul hubungan yang kuat antara hamba dan Rabbnya. Dan dakwah sebagai aksi nyata, telah melatih kita untuk meningkatkan profesionalisme aktivisnya. Yang ideal adalah, kuatnya tarbiyah diiringi dengan tekunnya dakwah. Inilah yang akan menjadi ruh yang tinggi dalam membangun batu-bata peradaban.

Ada empat unsure yang harus ada dalam tarbiyah. Yaitu yang mentarbiyah, yang ditarbiyah, materi tarbiyah, dan system tarbiyah. Tanpa adanya salah satu dari itu, nihil. Tarbiyah tidak hanya sekedar dating kajian atau dating liqo. Tarbiyah dapat dilakukan dengan berbagai cara, contohnya membaca buku, mendengarkan rekaman kajian, dll.
Sebelum jauh kita membicarakan masalah tarbiyah dan dakwah, marilah kita membahas masalah tarbiyah terhadap diri kita sendiri. Karena tidak mungkin, ketika tidak memiliki apa-apa, kita ingin memberi. Lalu apa yang ingin kita beri jika memang kita gak punya apa-apa?

Mentarbiyah diri sendiri, atau bahasa kerennya, Tarbiyah Dzatiyah. Sesuatu yang terkadang dilupakan, karena padatnya agenda dakwah. “Syuro syuro dan syuro. Kapasitas diri? Nanti saja!”. Saya sangat membenci pernyataan ini, meskipun tidak sejelas kata-kata itu pada kenyataannya. Kita lupa akan keberhasilan dakwah para shahabat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Tahukah kita, bahwa rahasia keberhasilan dakwah mereka adalah, mereka mampu mentarbiyah diri sendiri dengan sangat optimal, mengadakan perbaikan diri secara continue dan konsisten, serta mengembangkan semua potensi mereka. Mereka, orang-orang yang berhasil dalam dakwah, tidak berhenti pada realitas rukun-rukun dan perbuatan islam saja. Mereka tidak berpuas diri sampai situ.

Tarbiyah Dzatiyah adalah tarbiyah seseorang terhadap dirinya sendiri. Tarbiyah dzatiyah berbeda dengan tarbiyah Jama’iyah. Kenapa tarbiyah dzatiyah itu menjadi sesuatu yang sangat penting dalam dakwah?
  1. Karena menjaga diri sendiri harus didahulukan daripada menjaga orang lain. Bukan berarti kita ingin masuk surga sendirian. Tapi disini ada skala prioritas. Bukan pula kita harus menyempurnakan diri sendiri dahulu baru kita boleh menjaga orang lain. Hakikat ini ditegaskan oleh Allah dalam QS.At-Tahrim : 6, “Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”. Penjagaan/perbaikan harus dilakukan dari ruang lingkup terkecil, yaitu diri kita sendiri, kemudian keluarga, dll.
  2. Jika bukan kita, siapa lagi? Sebuah pertanyaan retoris untuk membangkitkan kesadaran kita. Bahwa ketika kita tidak berusaha untuk mentarbiyah diri sendiri, siapa lagi yang akan mentarbiyah diri kita. Kita harus segera keluar dari zona nyaman. Jangan anggap karena kita bertempat di lingkungan yang sudah kondusif, lalu kita berdiam diri. Hanya mengharapkan ada orang lain yang mentarbiyahi kita. Orang-orang itu, waktu mereka tidak penuh untuk kita, sehingga penjagaan kita juga tidak dapat dipenuhi jika hanya oleh mereka. Walhasil, mentarbiyah diri sendiri adalah sebuah kewajiban. Ketika hari dan umur terus bergulir, sedangkan kita gagal mengetahui titik lemah kita, jangan sampai ada kata menyesal ketika nyawa sudah sampai di tenggorokan. Na’udzubillah.
  3. Di hari kiamat, hisabnya bersifat individual, lho. Hisab pada hari kiamat tidaklah bersifat kolektif. Setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban tentang diri dan sepak terjangnya. Seperti yang pernah Allah bilang dalam surat cintanya dalam QS.Maryam ayat 95, “Dan setiap mereka dating kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.”
  4. Tarbiyah Dzatiyah lebih mampu mengadakan perubahan. Setiap kita pasti punya aib, kekurangan, kelalaian, atau sejenisnya. Kita harus memperbaiki seluruh sisi negative yang kita miliki sebelum nantinya membengkak. Dan seseorang TIDAK AKAN dapat meluruskan kesalahan atau memperbaiki aib-aibnya dengan sempurna dan permanen, tanpa adanya Tarbiyah Dzatiyah. Jika kita tertib dalam membina diri kita, maka pasti (INSYA ALLAH) kita juga akan tertib dalam membina orang lain, apalagi dalam konteks ini, kita memiliki sebuah visi besar, membangun peradaban islam yaitu dengan membina umat.
  5. Tarbiyah Dzatiyah adalah sebuah sarana tsabbat dan istiqomah. Untuk bisa tsabbat, tarbiyahlah sarana pertamanya. Ketegaran sangat dibutuhkan dalam mengarungi samudera kehidupan yang penuh dengan gelombang ini. Disinilah garis pertahanan kita. Kualitas tarbiyah kita yang menentukan. Apakah kita mampu melawan berbagai fitnah dan bujuk rayu. Apakah kita mampu tetap bertahan ketika yang lain gugur, apakah kita mampu melawan rasa malas, loyo, dan takut akan masa depan? Wallahi saya kembali katakana, kualitas tarbiyah kita sendiri lah yang mampu menjawabnya!

  1. Tarbiyah Dzatiyah merupakan sarana dakwah yang paliing kuat. Setiap muslim adalah da’i untuk menyeru ke jalan Allah. Agar isi dakwahnya dapat diterima, kita harus memiliki perbekalan yang banyak dan kuat. Cara dakwah terbaik adalah dengan dakwah bil hikmah (kata2nya mba pVitaa ^_^v). kita menjadi Qudwah yang baik dan teladan yang istimewa bagi musllim lain.. dan juga, langkah awal untuk melakukan perbaikan ummat, dimulai dengan tarbiyah dzatiyah. Tentunya tarbiyah dzatiyah yang maksimal, syumul, dan tawazun..
Itu adalah sebagian kecil urgensi tarbiyah dzatiyah. Untuk lebih jelasnya, silahkan Tanya ke MR masing-masing ^_^V.
            Saya mengangkat tema tarbiyah dzatiyah, berangkat dari kemirisan hati saya (ciye’elah) melihat sudah cukup banyak ikhwah yang melupakan kualitas diri. Sibuk mengejar urusan dunia. Saya kecewa karena (mungkin), focus dakwah kita hanya dakwah pada sebuah system. Terkadang kita masih canggung untuk mengatakan bahwa yang salah adalah salah dan yang benar adalah benar. Padahal, itulah esensi dakwah sebenarnya. Amar ma’ruf nahyi munkar. Bukan hanya bagaimana mencari kader sebanyak2nya agar mereka bisa bergabung di lembaga dakwah ini, dan bukan pula bagaimana alur kaderisasi ini dapat berjalan dengan lancar. Tidaak! Sekali lagi tidak!
            Tarbiyah bukan sekedar mengingatkan kita untuk menjalankan kewajiban kita (thok) terhadap Allah, lalu dapat bersantai dan membuatnya berfikir tidak penting menjalankan ibadah-ibadah lain yang tidak wajib.
            Allah ta’ala berfirman dalam surat cinta-NYA yang agung, “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.” (Al-Hasyr:18). Sekali lagi saya katakan, TARBIYAHlah kuncinya!
*bingung mau nulis apalagi, karena ilmu saya masih sangatttttttt sedikit*
Berbicara tarbiyah.. Sangat luas.. Tarbiyah oh Tarbiyah.. Saya sering baca status facebook ikhwah2, kata-kata sederhana yang sangat keren, “tarbiyah memang bukan segalanya, tapi segalanya bisa berawal dari tarbiyah”. Kurang bukti apalagi coba, para shahabat-shahabat radhiyallahu ‘anhu lahir dari kehebatan tangan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam mentarbiyah.
            Sedikit coppas, Tarbiyah adalah berbagai upaya terbaik untuk membantu orang lain, secara langsung seperti memberikan nasihat, atau tidak langsung, seperti keteladanan, berdasarkan sistem dan kurikulum tertentu dalam rangka mengantarkan seseorang menuju kondisi yang lebih baik”.
J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J J

                        Tak bosan-bosannya saya katakana, bahwa tarbiyah adalah sebuah keniscayaan..
Tarbiyahlah satu-satunya cara untuk bisa menghasilkan manusia muslim yang berdaya guna,,
Tarbiyahlah benteng yang kokoh untuk bisa menjaga persatuan ummat, mencegah perpecahan..
Dengan tarbiyah, semangat dakwah akan terus bergelora, bekerja keras tanpa kenal lelah menata batu-bata peradaban..
Hanya dengan tarbiyah, seseorang bisa bermetamorfosa menjadi seorang pemimpin yang hebat..
            Dengan tarbiyah, akan muncul ukhuwah yang sebenarnya..
Dan dari rahim tarbiyah lah, generasi-generasi Murabbi yang muntijah itu terlahir..
            Tarbiyah.. satu-satunya jalan untuk regenerasi dalam menegakkan kebenaran..
Dan yang tidak boleh kita lupa, bahwa tarbiyah adalah sunnah yang dicontohkan Rasulullah dan para shahabat..
Setelah berbicara banyak tentang tarbiyah, sebenarnya apa sih yang pengen di hasilkan dari tarbiyah? Telah jelas, bahwa produk tarbiyah adalah khairu ummah.. Subhanallah.. Tentunya khairu ummah hanya dapat terbentuk ketika batu bata peradaban (yang telah lebih dahulu dibangun oleh Rasulullah dan shahabatnya) sudah ada. Kita tidak boleh lupa dengan visi besar ini. KHAIRU UMMAH.
Contoh konkret, wujud nyata dari khairu ummah adalah selalu mengutamakan Allah di atas segalanya, tentunya dengan mengawali waktu sholat..  Selalu bersedekah, karena ia tahu, bahwa di hartanya, terdapat bagian untuk orang lain. Selalu ingat kematian sehingga selalu berbuat baik. Khairu Ummah dalam menjalankan tugas duniawi, pasti akan selalu menghadirkan ruh-ruh atau nafas-nafas ukhrawi
(pernah dapet materi tentang komitmen tarbiyah di liqoan).. Komitmen tarbiyah itu ada lima hal ; Muahadah (bertekad untuk memperbaiki diri), Muraqabah (Merasa dikontrol oleh Allah), Muhasabah (evaluasi diri), Mujahadah (bersungguh-sungguh mengorbankan waktu, pikiran dan harta), serta Istiqamah (murni mentaati Allah)
            Liqo (pertemuan).. merupakan sarana ringkasan tarbiyah.. kenapa saya menyebutnya ringkasan? Karena liqo hanya sebagian kecil dari proses tarbiyah.. liqo merupakan tempat kita share satu sama lain. Maka saya agak heran dengan orang yang mengaku aktivis, tapi modal untuk berdakwahnya hanya dari liqo..
Mengapa saya sangat mencintai liqo? (terlebih dengan MR terdahulu :D,, sudah..sudah tak usah dibahas lagi.. inilah proses, nak!)
karena dengan liqo, kita dapat kembali belajar membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta mempelajari tafsirnya.. karena dengan liqo, kita kembali dapat mempelajari hadits nabi dan shirahnya.. karena dengan liqo, ukhuwah dapat semakin erat.. serta karena dengan liqo, maka akan timbul At Ta’wun fil birri wat taqwa (tolong menolong dalam taqwa). Hmm subhanallah..
            Mencari ilmu.. adalah hal terpenting dalam bertarbiyah.. seperti kata Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab  rahimahullah berkata, “Ketahuilah, mencari ilmu itu wajib dan ilmu itu menyembuhkan hati yang sakit. Yang paling penting bagi seseorang ialah ia tahu agamanya. Karena, ketika ia telah tahu dan mengamalkannya, maka itulah jalan masuk ke syurga Allah subhanahu wata’ala. Ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits serta pemahaman para salafush shaleh, itulah ilmu yang menghasilkan ketaqwaan kepada Allah (aamiin!). Ilmu itulah yang akan menimbulkan perasaan selalu diawasi oleh Allah atau bahasa gaulnya Muroqobatullah, dalam bertingkah, kita akan bersikap waro’ (hati-hati karena takut salah), dan lain-lain.
            Ilmu dan tarbiyah itu bagai dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan. Seperti Ahmad bin Hanbal yang ditanya oleh seseorang ketika ia berlari di jalan hanya karena pindah dari satu liqo ke liqo lainnya, ia ditanya sampai kapan ia akan mencari ilmu,, dan dengan tegas beliau menjawab, “SAMPAI MATI”. Subhanallah. Itulah jawaban yang tak sekedar kata. Jawaban penuh idealism yang real..
            Orang yang tertarbiyah.. maka harus berubah setiap saat. Disitulah terlihat bahwa tarbiyahnya sukses. Tarbiyah.. tidak harus berubah secara langsung dan mendadak.. Karena tarbiyah adalah proses. Sekali lagi saya katakana bahwa tarbiyah adalah sebuah proses. Proses untuk berubah ke arah yang lebih baik. Perubahan secara istimror.

Percayalah.. seorang aktivis yang memiliki tarbiyah yang kuat akan selalu hidup selamanya, tidak akan pernah mati.. karena, nafas ruhiyahnya selalu terhembus..
Percayalah.. ketika kita hidup hanya untuk diri kita sendiri, tidak berusaha bermanfaat untuk orang lain, maka kita akan menjadi kerdil..
Percayalah.. bahwa tarbiyah.. akan memberikan kita kekuatan.. kekuatan yang Allah titipkan untuk kita..
Percayalah.. ketika kita mentarbiyah.. baik diri kita sendiri maupun orang lain.. Maka kita telah menyambung nafas kehidupan.. Bukan hanya dimensi dunia.. tapi juga dimensi akhirat..
Percayalah.. kita harus menyiapkan bekal yang cukup untuk menghadap Sang Illahi Rabbi.. ingatlah, fisik ini hanyalah kendaraan.. kita hanya berekreasi di dunia yang fana ini.. dan suatu saat, kita harus kembali..

            Ingatlah, hidup ini terlalu berharga jika hanya kita lakukan untuk aktivitas-aktivitas biasa. Jika kita ingin menjadi seorang yang luar biasa, maka kita harus melakukan aktivitas-aktivitas luar biasa.. TARBIYAH..
            Ingatlah, ada satu visi besar di depan sana yang harus kita jemput..
            Ada kemenangan di depan sana yang harus kita perjuangkan.. kita raih..
            Nihil.. Tidak mungkin itu semua bisa kita raih tanpa tarbiyah..
            Tarbiyah.. yang akan menjadi penyambung nafas kehidupan dunia.. dan juga akhirat..
            Meski saya belum menjadi orang dengan tarbiyah yang baik, mari kita bersama-sama.. merapatkan barisan.. kembali bersama membangun batu-bata peradaban.. menggalang persatuan.. membangun semangat bertarbiyah yang kuat..
            Tarbiyah.. Bukan hal yang mustahil bisa menjadikan insan-insan beriman dan selalu beramal shaleh.. Ingatkah, ada tiga janji Allah yang akan diberikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh? Allah akan mengangkat kekhalifahan di bumi, Allah akan mengokohkan kehidupan di bumi dengan islam dan sistemnya, serta Allah akan mengganti kondisi mereka dari rasa takut menjadi rasa aman.. Dengan keimanan.. Semua itu di dapat dengan keimanan.. Dan keimanan bisa didapat jika kita berilmu dan beramal.. Dan ilmu bisa kita dapat, dengan tarbiyah.. Hanya dengan tarbiyah (pendidikan)..


Fatin Nabilah (Kader AB 1 KAMMI KOMISARIAT SOEDIRMAN)
Rabu-kamis, 22-23 Desember 2010
Di kamar tercintaa <3

0 komentar:

Posting Komentar